Senin 14 Nov 2016 03:56 WIB

Asia Masih Menggiurkan untuk Perdagangan Satwa Liar

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Hazliansyah
Seorang polisi berdiri di deretan gading gajah yang disita dari perburuan gelap. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Joseph Okanga
Seorang polisi berdiri di deretan gading gajah yang disita dari perburuan gelap. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH CITY -- Pada 17-18 November mendatang, konferensi internasional perlindungan hewan liar akan berlangsung di Hanoi, Vietnam. Acara ini akan dihadiri sejumlah perwakilan dari 40 negara.

The Economist melaporkan, Sabtu (12/11), kabar kelam masih mewarnai jelang konferensi tersebut. Penjualan bagian-bagian tertentu dari hewan langka diakui menurun dalam beberapa tahun terakhir di Vietnam. Namun, itu tidak mengurangi maraknya operasi demikian, khususnya melalui internet atau penyelundupan.

Asia masih menjadi pasar utama. Konsumen Vietnam, misalnya, kebanyakan menggemari gading gajah, empedu beruang, bagian tubuh harimau, dan khususnya cula badak.

"Melonjaknya permintaan dari Vietnam dianggap sebagai penyebab meningkatnya jumlah badak yang dibunuh di Afrika Selatan. Pada 2007, misalnya, hanya ada 12 badak (yang diburu). Namun, angkanya naik menjadi 1.175 di tahun lalu," demikian data yang dilansir The Economist, Sabtu (12/11).