REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Seorang guru Muslim di Sekolah Tinggi Georgia, Mairah Teli, menerima perlakuan diskriminasi karena ia mengenakan hijab. Mairah Teli mengatakan, seseorang meninggalkan surat kaleng di kelasnya yang berisi tulisan bahwa jilbab tidak diperbolehkan lagi di Amerika Serikat.
Dilansir dari http:washingtonpost.com, bukan hanya tulisan pelarangan jilbab, pengirim juga menyuruh Teli mengikatkan jilbabnya di leher dan menggantung dirinya dengan jilbab tersebut. Teli mengunggah surat kaleng yang ia terima ke laman pertemanan Facebook miliknya.
"Sebagai seorang Muslim, saya memakai jilbab sebagai praktek iman saya. Saya ingin berbagi ini untuk meningkatkan kesadaran tentang realitas dan iklim dari komunitas kami. Menyebarkan kebencian tidak akan membuat Amerika besar," tulis Teli di media sosial miliknya.
Juru bicara County Schools Gwinnett, Sloan Roach mengataka, pejabat sekolah sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa yang menulis suarat kaleng tersebut. Menurut Roach, ancaman terhadap anggota staf sekolah merupakan hal yang serius. Apalagi jika tindakan kebencian dilakukan berdasarkan ras atau agama seseorang.
Pihak sekolah juga masih belum bisa memastikan apakah pengiriman surat kaleng didasari atas terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru AS. Namun, beberapa pihak meyakini bahwa hal ini berkaitan dengan kemenangan Trump.
Insiden kebencian berdasarkan latar belakang seseorang dilaporkan juga terjadi di bagian lain negara Amerika menyusul kemenangan Trump. Pada kampanye beberapa waktu lalu, Trump berjanji melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat. Khususnya Muslim yang berasal dari daerah konflik.
Namun, pernyataan kontroversial Donald Trump ini telah hilang dari situs kampanyenya, Kamis (10/11). Kendati demikian, insiden Islamofobia dilaporkan masih terus terjadi.