REPUBLIKA.CO.ID, LIMA - Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, akhirnya memberikan komentar terkait unjuk rasa yang terjadi di negaranya. Menurut Najib, unjuk rasa yang diinisiasi oleh kelompok reformasi Bersih 5 tidak membawa manfaat apapun bagi negara.
Ia melihat warga Malaysia justru merasa muak dengan kelompok tersebut. Najib menegaskan, upaya menggulingkan pemerintah melalui demonstrasi adalah salah secara konstitusi dan hukum.
"Malaysia harus menjunjung tinggi prinsip supremasi hukum. Jika tidak, akan ada kekacauan di negara ini dan orang-orang akan menderita," katanya, saat menghadiri pertemuan pemimpin Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), di Lima, Peru, Sabtu (19/11), dikutip dari The Malay Mail Online.
Najib juga memberikan tanggapan mengenai keterlibatan mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad, dalam aksi unjuk rasa. Menurutnya, jika Mahathir terlibat dalam aksi tersebut, ia telah melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang ia janjikan saat menjabat sebagai perdana menteri.
Najib mengatakan, komentar Mahathir tentang perekonomian nasional hanya retorika politik semata tanpa berdasar pada dukungan fakta dari organisasi internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) atau Bank Dunia. "Jika kita berada dalam krisis ekonomi, pasti lembaga rating akan menurunkan peringkat kita. IMF dan Bank Dunia akan mengeluarkan kritik dan membahas langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah," katanya.
Menurut Najib, tidak adanya tindakan dari IMF dan Bank Dunia menunjukkan Malaysia saat ini sedang berada dalam keadaan yang cukup baik. Najib memastikan pemerintah akan terus fokus pada kebijakan dan program yang bermanfaat bagi negara. "Tidak ada alasan bagi kita untuk cemas," ungkap Najib.
Sebelumnya ribuan warga Malaysia berbaju kuning membanjiri jalan-jalan di ibukota Kuala Lumpur untuk melakukan unjuk rasa, pada Sabtu (19/11). Mereka menyerukan agar PM Najib mengundurkan diri.
Dalam unjuk rasa itu, terlihat mantan PM Mahathir ikut mendukung protes terhadap pemerintah. Banyak warga Malaysia yang terkejut melihat Mahathir mendukung demonstran setelah ada gerakan Reformasi di pemerintahannya pada akhir 1990-an. "Saya berharap semua warga Malaysia akan memberikan dukungan penuh dan mengambil bagian dalam protes Bersih ini," katanya dengan mengenakan kaos kuning bertuliskan "Bersih 5," dikutip dari CNN.
Mahathir adalah Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003. Ia mengatakan Malaysia saat ini berada dalam keadaan darurat dan menuduh Pemerintahan PM Najib tidak akan mampu membayar hutang.
Ketidakpuasan publik terhadap Najib terus memuncak setelah muncul berita mengenai salah urus keuangan dalam lembaga 1 Malaysia Development Berhad atau 1MDB yang dikelola pemerintah. 1MDB dibentuk pada 2009 untuk investasi proyek properti infrastruktur, dan energi. Pada Januari lalu, Jaksa Agung Swiss mengemukakan, dana sebanyak 4 miliar dolar AS atau Rp 53 triliun kemungkinan disalahgunakan oleh Pemerintah Malaysia terkait 1MDB.