REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Cendekiawan muslim Azyumardi Azra mengingatkan kasus dugaan pelecehan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan pembelajaran baik bagi politikus.
"Saya kira kasus Ahok ini pelajaran yang baik bagi politisi (politikus) untuk tidak membawa isu agama ke dalam politik," kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu di Semarang, Selasa (23/11).
Apalagi, kata sosok kelahiran Lubuk Alung, Sumatera Barat, 4 Maret 1955 itu, menyangkut hal-hal yang sangat sensitif dan eksplosif dalam agama, seperti soal akidah, kitab suci, nabi, ritual, dan ibadah. Di sisi lain, Azyumardi berpendapat dari sudut pandang umat Islam untuk lebih baik menunggu proses hukum terhadap calon Gubernur DKI Jakarta itu, dan tidak perlu lagi ada aksi demonstrasi terhadap Ahok. "Kalau demo dilanjutkan akan menciptakan instabilitas, ketidakstabilan politik di Indonesia. Ketidakstabilan politik bisa menghambat pembangunan, infrastruktur, ekonomi, rupiah bisa rontok, dan sebagainya," katanya.
Dampak dari terjadinya ketidakstabilan politik di Indonesia, kata dia, membuat masyarakat yang menanggung kerugian dan perlu diingat bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar adalah umat Islam. Maka dari itu, ia mengimbau masyarakat, terutama umat Islam untuk tidak semata-mata menuruti emosi dalam menyikapi kasus tersebut dan mempercayakan penanganan kasus Ahok kepada aparat hukum. "Dalam Al Quran, umat Islam juga dianjurkan untuk bersabar. Kalau segala sesuatunya sudah ditangani oleh pemerintah, aparat hukum, ya, serahkan kepada pemerintah, aparat hukum," ujarnya.
Dia meminta warga tak menuruti emosi dan malah dimanfaatkan oleh orang-orang yang punya agenda politik lain dan kepentingan politik yang akan menciptakan krisis. "Janganlah kita, umat Islam, terutama masyarakat awam kemudian ditunggangi kepentingan politik yang akan menciptakan krisis di Indonesia. Kalau krisis terjadi yang paling rugi adalah umat Islam," kata Azyumardi.