REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pengungsi Rohingya dari negara bagian Rakhine membanjiri perbatasan Bangladesh dari seluruh penjuru. Mereka melarikan diri dari kekerasan yang menimpa mereka di Rakhine selama berminggu-minggu.
Sejumlah pengungsi mengatakan, mereka mengalami pemerkosaan dan penyiksaan. Mereka juga melihat rumah-rumahnya dibakar dan anggota keluarganya dibantai.
Lalu Begum mengatakan, jika militer Myanmar menemukan anak laki-laki 10 tahun, maka mereka akan membunuhnya. "Laki-laki juga ditangkap oleh militer," katanya seperti dilansir CNN, Jumat, (25/11).
Saat militer datang, terang Begum, ia langsung melarikan diri tanpa pikir panjang. "Sampai saat ini saya tak tahu kondisi suami saya, apakah ia masih hidup atau telah meninggal," ujarnya menjelaskan.
Sejumlah wanita di desanya, ujar dia, diperkosa oleh para tentara. "Ketika mereka melihat wanita cantik, mereka meminta air kemudian masuk ke dalam rumah dan memperkosanya."
Saat ini, diperkirakan satu juta suku Rohingya tinggal di Rakhine. Mereka sering dibunuh dan tak memiliki negara karena Myanmar tak mengakui mereka sebagai warga negara Myanmar.
Bahkan Myanmar menyebut mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Walaupun sesungguhnya menurut akar etnisnya mereka memang berasal dari Myanmar.