Senin 28 Nov 2016 09:21 WIB

Peserta Aksi Damai Bela Islam Kesulitan Dapat Bus

Rep: Rizky Suryandika/ Red: Damanhuri Zuhri
Santri Ponpes Miftahul Huda 2 bergerak menuju Masjid Agung Ciamis, Jawa Barat, Senin (28/11). Mereka akan menggelar aksi jalan kaki akibat tak adanya pengelola bus yang mengantarkan ke Jakarta guna mengikuti aksi bela Islam 2 Desember mendatang.
Foto: Republika/Rizky Suryandika
Santri Ponpes Miftahul Huda 2 bergerak menuju Masjid Agung Ciamis, Jawa Barat, Senin (28/11). Mereka akan menggelar aksi jalan kaki akibat tak adanya pengelola bus yang mengantarkan ke Jakarta guna mengikuti aksi bela Islam 2 Desember mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Ulama Ciamis, KH Nonop Hanafi, mengatakan umat Islam akan menggelar aksi jalan kaki ke Jakarta mulai Senin (27/11) guna mengikuti Aksi Bela Islam 2 Desember mendatang. Aksi tersebut menyusul dipersulitnya massa untuk memperoleh transportasi berupa bus menuju Jakarta.

Ia mengatakan awalnya ingin memesan sekitar 50 bus untuk memberangkatkan massa ke Jakarta. Tetapi, pihak pengelola bus urung menyetujui.

Ia menengarai hal itu lantaran adanya tekanan pihak tertentu agar tak menyewakan bus bagi para peserta aksi 2 Desember. Bahkan, ia merasa ada pengelola bus yang sampai diancam pencabutan izin usahanya.

"Kami ngontak PO bus, semua pada bilang enggak. Sementara umat Islam yang ingin berangkat tak bisa tersalurkan, makanya kami ambil langkah jalan kaki ke Jakarta ini sebagai bentuk solidaritas, panggilan hati nurani sebagai Muslim," katanya pada Republika.

 

Pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2 itu membantah tudingan muatan politis dalam Aksi Bela Islam kali ini. Pasalnya, ia menyatakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seharusnya dipenjara setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama.

Tetapi, faktanya saat ini Ahok tak ditahan. Ia merasa ada ketidakadilan. Ia pun menyimpulkan ada perbedaan perlakuan di depan hukum.

"Yang jadi masalahnya, ada ketidakadilan hukum yang mengusik masyarakat. Dulu yurisprudensinya pernah terjadi Lia Eden dan Arswendo masuk penjara karena penistaan agama langsung masuk penjara. Ahok kok keliatan masyarakat ada ketidakadilan. Sumbu masalahnya kalau dikenakan hukum yang sama, maka tak akan nuntut," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement