Selasa 29 Nov 2016 02:22 WIB

Habib Rizieq: Kami Bukannya Keras Kepala

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kiri), Ketua MUI Ma'ruf Amin (tengah), dan Ketua Dewan Pembina GNPF-MUI M. Rizieq Shihab berjabat tangan seusai memberi keterangan di gedung MUI, Jakarta, Senin (28/11).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kiri), Ketua MUI Ma'ruf Amin (tengah), dan Ketua Dewan Pembina GNPF-MUI M. Rizieq Shihab berjabat tangan seusai memberi keterangan di gedung MUI, Jakarta, Senin (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI sempat berkeras ingin tetap menggelar shalat jumat di jalan Sudirman-Thamrin dalam aksi damai 2 Desember. Sementara, Polri pun tetap mendesak agar aksi tersebut tidak digelar di jalan protokoler karena dapat mengganggu ketertiban umum.

Muncul pula pro-kontra terkait hukumnya shalat jumat di jalan raya. Terkait hal tersebut, Habib Rizieq Shihab mengaku pihaknya bukannya tidak mau mengalah. Ketua Dewan Penasihat GNPF-MUI ini mengaku berkeras memilih jalan Sudirman-Thamrin demi keselamatan peserta aksi demo.

''Keselamatan peserta aksi adalah hal utama. Kami jelaskan itu ke Polri. Bukan keras kepala, tapi karena keselamatan,'' kata Habib Rizieq dalam jumpa pers bersama Polri terkait Aksi 2 Desember di Kantor MUI, Jakarta, Senin (28/11).

Habib Rizieq mengatakan pihaknya belajar dari pengalaman aksi 4 November dimana daya tampung Masjid Istiqlal tidak mampu menampung jamaah sehingga berbahaya ketika jamaah bubaran shalat. Peserta keluar melewati pintu dan terjadi penyempitan, kemudian bergabung dengan masyarakat di luar yang juga ramai sehingga ada yang jatuh dan terinjak.

Karena itu, GNPF akhirnya melihat Jalan Sudirman-Thamrin sebagai sebuah solusi. Jalan tersebut merupakan ruang terbuka, mudah diakses, dan lebih aman. Mobilisasi medis, logistik dan keamanan juga bisa leluasa bergerak.

GNPF-MUI semula berkeras tetap ingin menggelar shalat jumat di jalan Sudirman-Thamrin, namun akhirnya menerima usulan Polri untuk memindahkan lokasinya ke Monas. Dengan mempertimbangkan masalah kemudahan akses, GNPF sepakat memilih Monas sebagai lokasi aksi damai 2 Desember jika semua pintu dibuka plus dibuat pintu darurat untuk medis dan logistik. ''Juga harus tersedia pokso medis, logistik, toilet, dan tempat wudhu,'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement