REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kementerian Perhubungan Israel meminta perusahaan bus Dan Bus Company tidak menyiarkan pengumuman kepada penumpang dengan menggunakan bahasa Arab. Hal itu diumumkan empat hari setelah ada rute terbaru yang dibuka perusahaan itu di Beersheba empat hari lalu.
Menurut juru bicara perusahaan bus kepada Ma'an News, Kementerian Perhubungan Israel telah menerima banyak keluhan dari orang-orang yang melaporkan ke pemerintah kota. Warga di Berersheba merasa tidak senang dan ingin pengumuman terhadap penumpang dari pengemudi diucapkan dalam bahasa Ibrani.
Perusahaan mengatakan sangat terganggu dengan permintaan tersebut. Menurut pihaknya, hampir 40 persen pengemudi yang bekerja di sana adalah Muslim dan menggunakan bahasa Arab, bukan Ibrani.
Koalisi Antirasialisme di Israel mengatakan larangan itu akan terus dibuat oleh otoritas wilayah. Bukan tidak mungkin, banyak aturan di setiap tingkatan yang diberlakukan akan terus bersifat rasial dan intimidatif.
"Ini harus segera dihentikan. Sebaiknya perusahaan bus tak menunjukkan akan mematuhi peraturan itu," ujar Direktur Koalisi Antirasialisme Israel, Nidal Othman dilansir MEMO, Jumat (2/12).
Menurutnya, banyak orang yang ingin agar semua etnis, baik Yahudi maupun Arab yang ada di Israel bersatu. Namun, beberapa kelompok, termasuk orang-orang yang ada di dalam pemerintahan menolaknya.
Padahal, penggunaan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang sangat wajar. Othman menilai, upaya melarang hal itu secara resmi hanya diinginkan oleh minoritas yang memiliki sifat rasial di Berrsheba.
"Mereka hanya ingin menghapus Arab secara keseluruhan dan dimulai dari larangan-larangan kecil hingga nantinya terus berkembang," kata Othman.