REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Sebanyak 54.219 warga di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur masih buta aksara. Sehingga menjadi pekerjaan berat bagi kabupaten setempat untuk menuntaskan pemberantasan buta aksara.
"Angka buta aksara di Probolinggo tetap menjadi perhatian serius setiap tahunnya dan hingga saat ini tersisa 54.219 orang yang belum melek aksara," kata Kabid Pendidikan Luar Sekolah, Olah Raga dan Kesenian, Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo Priyo Siswoyo di Probolinggo, Rabu (7/12).
Sejauh ini, kata dia, angka buta aksara ada di hampir semua kecamatan di Probolinggo, terutama yang paling banyak berada di Kecamatan Krucil sebanyak 4.210 jiwa, Tiris sebanyak 4.018 jiwa, Pakuniran sebanyak 3.139 jiwa dan Kecamatan Bantaran sebanyak 3.055 jiwa. "Dari 24 kecamatan di Kabupaten Probolinggo, ada tiga kecamatan yang sudah 100 persen tanpa buta aksara yakni Kecamatan Kraksaan, Pajarakan, dan Sukapura," ujarnya.
Untuk itu, Pemkab Probolinggo mengalokasikan anggaran sekitar Rp 1,2 miliar untuk pemberantasan buta aksara yang dianggarkan dalam APBD 2017. Rinciannya Rp 500 juta untuk progam pemberantasan buta aksara. Sedangkan Rp 750 juta, konsentrasi pada alumni warga belajar (WB) atau biasa dikenal progam Pasma (pasca melek aksara).
"Sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Probolinggo mengalokasikan anggaran cukup besar untuk menuntaskan angka buta aksara," katanya.
Dengan anggaran yang besar, katanya, maka target penuntasan buta aksara juga tinggi. Sehingga anggaran yang dialokasikan pemkab melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) pada 2017 sebesar Rp 1,2 miliar. Sedangkan pada 2016 hanya dianggarkan Rp 500 juta untuk menuntaskan 1.500 jiwa buta aksara.
"Tiap tahun kami tetap berusaha menuntaskan buta aksara, namun program tahun ini tidak hanya fokus pada penuntasan buta aksara karena lebih pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Probolinggo bidang pendidikan," ujarnya.
Ia fokus pada program alumni buta aksara yang sudah mendapatkan Sukma (Surat Keterangan Melek Aksara) dan tahun depan juga dilakukan kebijakan serupa. Sehingga alumni warga belajar diharapkan bisa mengikuti kejar paket A.
"Ada penuntasan buta aksara dan ada juga progam pascamelek aksara. Program bagi alumni Sukma atau Pasma ini memberikan pendampingan pembelajaran alumni warga belajar selama dua semester," katanya.
Selama dua semester itu, dia mengatakan para alumni warga belajar akan mengikuti ujian semester seperti haknya sekolah. Mereka juga harus mengikuti ujian komperehensif, sehingga kalau sudah lulus dan memenuhi standar kompetensi, maka alumni Sukma itu ikut ujian nasional kejar paket A.