Ahad 11 Dec 2016 15:44 WIB

'Tujuan Gerakan Subuh Berjamaah Lebih Besar Dibanding Hukum Ahok'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Puluhan ribu massa Aksi Bela Islam III khusyu menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (2/12).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Puluhan ribu massa Aksi Bela Islam III khusyu menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pimpinan dakwah lembaga Ihaqi ustaz Erick Yusuf mengatakan gerakan shalat subuh berjamaah merupakan salah satu upaya menjaga ghirah atau semangat aksi 212 lalu. Menurut dia, tidak ada hal lain yang menggerakkan aksi 212 atau Aksi Bela Islam III kecuali Allah SWT dan rasa cinta umat Islam terhadap Alquran.

Dia berharap massa aksi 212 yang mencapai angka jutaan orang tidak menjadi euforia dan selesai begitu saja. Menurutnya, harus ada perbaikan. "Intinya perbaiki diri. Kalau kita ingin memperbaiki bangsa dan negara, harus perbaiki diri dulu," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (11/12).

Untuk itu setelah aksi 212, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menginisiasi gerakan subuh berjamaah nasional. Shalat berjamaah mampu mempererat persaudaraan. Saat ditanya apakah gerakan 1212 ada kaitannya dengan tuntutan terhadap kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama, dia pun menjawab, "Tuntutan agar Ahok ditahan terlalu kecil buat kita. Ini sudah masuk pada satu hal yang sangat penting dan besar. Apa itu? Kita ingin membangkitkan ukhuwah Islamiyah, baik secara nasional maupun internasional," ujarnya.

Intinya, kata Erick, umat Islam sudah bukan lagi buih melainkan sudah berubah menjadi ombak dengan 'kekuatan'-nya. Mereka hendak membangkitkan kegiatan-kegiatan positif berkaitan dengan kebaikan, agama, keimanan, dan keislaman, sekaligus unsur-unsur lain yang terkait di dalamnya. "Bukan cuma ingin Ahok diadili dan ditangkap, itu pasti kita inginkan. Tapi itu agenda kecil. Agenda besarnya yakni memperbaiki kondisi umat Islam," kata dia.

Gerakan shalat subuh berjamaah menjadi salah satu tahapan meperbaiki diri. GNPF-MUI akan mengadakan tahap demi tahap kegiatan untuk mengingatkan pentingnya memperbaiki diri. Bukan hanya subuh berjamaah, tapi akan ada kegiatan lain keliling di 34 provinsi di Indonesia.

Erick mengatakan aksi 212 menjadi pemicu agar umat Islam tidak hanya menuntut keadilan, tetapi juga bagaimana menegakkan keadilan. Begitu pula gerakan 1212 diharapkan umat Islam tidak hanya shalat subuh berjamaah pada Senin (12/12) saja, tetapi juga di setiap tanggalnya lainnya. Hal ini karena shalat berjamaah di waktu subuh paling sulit dilakukan dibanding shalat Jumat atau shalat lainnya. Apabila umat Islam mampu melakukannya, maka diharapkan dapat melalui hal-hal lainnya.

Gerakan tersebut juga hendak menunjukkan bahwa umat Islam tidak sendiri untuk menjadi lebih baik. Erick mengatakan orang mu’min dengan mu’min yang lain bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan. Pihak penyelenggara hendak memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh penjuru umat Muslim di penjuru Nusantara bahwa umat Muslim tidak sendiri ketika ingin menegakkan kebenaran. "Mari kita rapatkan barisan menyambut kebangkitan Islam dari Indonesia," kata Erick.

Beberapa tokoh yang berencana hadir dalam gerakan tersebut di antaranya Habib Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Fahmi Salim, Nonop Hanafi, Athian Ali, Aa Gym, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Pihaknya pun mempersilakan siapa saja bergabung dalam shalat subuh berjamaah ini, termasuk Presiden Joko Widodo, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement