REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah memproduksi senjata canggih di Mosul, Irak. Kecanggihan senjata itu juga dikatakan sama dengan skala yang dimiliki pasukan militer negara itu.
Kelompok pengawasan senjata, Conflict Armament Research/(CAR) mengatakan kelompok militan itu mendapatkan bahan baku dari Turki. Sistem produksi senjata itu juga dikendalikan secara terpusat dan menunjukkan adanya improvisasi meski menggunakan bahan non-standar.
"Meski fasilitas produksi menggunakan berbagai bahan non standar dan prekursor peledak kimia, namun sistem produksi industri dikendalikan secara terpusat," ujar pernyataan CAR, dilansir Middle East Monitor, Rabu (14/12).
Wilayah timur Mosul menjadi pusat produksi persenjataan ISIS. Kelompok teroris itu juga memiliki enam fasilitas persenjataan.
Pengawasan produksi juga dikatakan oleh CAR dilakukan secara teratur. Laporan rinci mengenai tingkat produksi dan kualitas untuk memastikan standarisasi termasuk bagian dalam proses ini.
Sejak 17 Oktober lalu, operasi untuk merebut Mosul dari ISIS dilakukan oleh pasukan militer Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi dan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Selama dua tahun, kelompok itu menguasai salah satu kota terbesar Irak.
Hingga saat itu, pasukan militer Irak dilaporkan telah merebut kembali sekitar seperempat wilayah Mosul. Meski demikian, untuk menju pusat kota dibutuhkan perlawanan yang lebih kuat, mengingat anggota ISIS yang terus meluncurkan serangan balasan, termasuk mengerahkan penembak jitu dan bom di jalan-jalan.