REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bayi bernama Susan meninggal dunia dalam era ketika keluarga pribumi di Australia masih sering ditolak dalam antrian UGD, dan perempuan Aborigin seringkali harus melahirkan di gudang terpisah dari bangunan rumahsakit.
Kini, saudara Susan bernama Thelma James yang merupakan pemuka warga suku Banyam, mengisahkan kembali pengalaman keluarganya itu dalam peluncuran proyek bernama Welcoming Women — Making Maternity Services Culturally Inclusive, yang bertujuan membangun kembali kepercayaan keluarga pribumi pada pelayanan di rumahsakit.
Thelma menceritakan, pada 11 Maret 1952, ibunya yang saat itu sedang mengandungnya pergi ke RS Lismore Base Hospital di utara New South Wales untuk mempersiapkan proses melahirkan.
"Perempuan Aborigin biasanya melahirkan di dalam gudang terpisah di belakang. Itu gudang tua yang tidak nyaman, dan jika ada orang ingin datang membantu, mereka bisa datang bisa juga tidak," kata Thelma.
Pada hari yang sama, saudara Thelma, Susan, sakit diare saat dalam perawatan saudara dan sepupu lainnya. Ketika ayahnya pulang kerja, ia menemukan Susan mengalami dehidrasi, segera membawanya ke rumah sakit.
"Pada saat itu orang Aborigin tidak dilayani sampai semua orang lain sudah dilayani. Jadi dia pun duduk di lobi selama dua jam dan akhirnya bangkit dan menarik seorang dokter muda dan berkata 'Tolong periksa bayi saya'," ujar Thelma.
"Dokter itu membawa sang bayi lalu kembali dalam beberapa saat dan bilang, 'Maaf, jika Anda tiba di sini beberapa jam sebelumnya' (yang sebenarnya dia lakukan) 'kami bisa berbuat sesuatu demi menyelamatkan bayi Anda'," kata Thelma.
"Dia meninggal dunia dan ibuku harus pulang untuk mengurus perkabungan, sehingga hal itu menunda kelahiran saya dan saya pun lahir pada 17 Maret," tambahnya.
Membantu Pemulihan
Laurel Rogers dari proyek Aborigin yang juga warga suku Murri mengatakan kisah-kisah seperti Thelma itulah yang mengilhami proyek baru yang diluncurkan di rumahsakit di kota-kota Tweed Heads, Byron Bay, Murwillumbah, Lismore dan Grafton di utara New South Wales.
"Masyarakat kami mengingat apa yang terjadi di masa lalu, dan semua orang tersentuh layanan rumahsakit sedemikian rupa dimana mereka merasa tidak diterima," katanya.
"Ini membantu penyembuhan luka-luka yang pernah terjadi, dan mudah-mudahan hal ini menunjukkan rumahsakit coba buat hal berbeda sekarang serta perduli dan menghargai warga Aborigin," kata Laurel Rogers.
Proyek dimaksud berupa pemasangan karya lukis Aborigin di unit perawatan perempuan RS, pemberian selimut dan pakaian bayi bertema pribumi kepada keluarga, kartu kelahiran dengan desain Aborigin, dan penyebaran brosur, poster, dan daftar layanan yang peka secara budaya.
Mungkin Diterapkan di Seluruh Australia
Laurel Rogers berharap proyek ini bisa menginspirasi wilayah lainnya dalam layanan kesehatan mereka. "Kita bisa lihat dengan pemikiran dan sedikit dana kita bisa membuat perbedaan dan membuatnya lebih ramah," katanya.
"Sejarah layanan rumah sakit sebelumnya begitu menakutkan," ujar Laurel Rogers seraya menambahkan, "Saya harap mereka menerapkannya di seluruh Australia. Itu akan bagus sekali."
Koordinator program kesehatan wanita dan anak Ellie Saberi mengatakan pihak Departemen Kesehatan setempat mengajukan solusi yang lebih inklusif, setelah menyesuaikannya dengan daftar yang dikeluarkan pemerintah dan berbicara kepada warga dan pemuka Aborigin dan Torres Strait Islander.
"Hal itu memungkinkan kami sebagai pegawai untuk lebih paham dan mengerti apa yang bisa kami lakukan secara lebih baik. Proyek ini membantu kaum perempuan dan keluarganya namun juga memberdayakan saya sebagai pegawai," kata Ellie Saberi.