REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Observatorium untuk HAM Suriah mengatakan sebanyak 7.000 orang hingga saat ini masih terjebak di wilayah yang dikuasai oposisi negara itu. Mereka berada dalam kondisi mengkhawatirkan karena tak mendapatkan pasokan makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui sebuah resolusi untuk memantau evakuasi warga di timur Aleppo, Suriah. Sejak Kamis (15/12), sebanyak 15 ribu orang di wilayah itu telah pergi.
Evakuasi terbaru yang dilakukan di timur Aleppo berhasil menyelamatkan 47 anak. Namun, mereka yang terperangkap dalam sebuah panti asuhan itu kebanyakan berada dalam kondisi kritis karena terluka dan sebagian dehidrasi.
"PBB telah meminta monitoring evakuasi massa dari Aleppo secara netral," ujar pernyataan Dewan Keamanan PBB, dilansir BBC, Selasa (20/12).
Sebelumnya, resolusi ini mendapat kendala atas perbedaan pendapat antara negara-negara Barat dan Rusia. Namun, 15 anggota Dewan Keamanan PBB sepakat melaksanakan resolusi dengan suara bulat.
Utusan dari Pemerintah Suriah Bashar Jaafari sempat menentang resolusi. Ia khawatir terhadap campur tangan asing, yang berujung memperburuk situasi karena menggunakan kekuatan militer dan bermaksud mengubah pemerintahan yang sah negara itu.
Kesepakatan evakuasi warga dilakukan oleh Pemerintah Suriah, Rusia, dan Turki. Setelah kelompok oposisi terdesak mundur, penyelamatan warga sipil yang berada di timur Aleppo diminta segera dilakukan.
Evakuasi sempat terhenti karena kesepakatan yang rumit. Selain itu, ada insiden pembakaran bus pengangkut warga dari desa Al Foua dan Kefraya oleh kelompok militan.