REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Penembakan duta besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov, telah disusun secara rapih. Pelaku telah merencanakan bagaimana ia bisa masuk ke dalam membawa senjata dan akhirnya mengeksekusi sang dubes.
Seperti dikutip media Turki, Hurriyet Daily News kemarin, pelaku penembakan Karlov menggunakan identitas polisi yang dimilikinya untuk bisa masuk ke sebuah galeri di Ibu Kota Ankara.
Mevlut Mert Altintas sebelumnya telah diminta untuk melewati pemeriksaan X-ray sebelum memasuki gedung, namun ia menolaknya. Ia diperbolehkan dengan menunjukkan kartu identitas sebagai polisi.
Di pusat seni itulah, Altintas dengan leluasa menembak Karlov yang sedang memberikan pidato dalam pembukaan pameran fotografi Rusia tersebut.
Sebelum pergi ke galeri foto, Altintas juga bercukur. Ia juga mengenakan pakaian rapi dan berjalan ke tempat pameran, seperti layaknya tamu penting atau petugas pengawal. Dengan begitu ia tidak dicurigai pihak keamanan.
Saat tembakan terjadi, ia berada di belakang Karlov. Tembakan terdengar hingga 11 kali dan dilaporkan berlangsung dengan cepat. Banyak orang yang berada di lokasi tidak mencurigai keberadaan Altintas hingga ia mengeluarkan pistol.
Baca juga, Ini Detik-Detik Penembakan Dubes Rusia.
Baku tembak dengan polisi yang datang ke lokasi kejadian sempat berlangsung. Altintas yang diminta menyerah mengatakan tidak akan ingin meninggalkan tempat begitu saja.
Sejatinya, Altintas yang bertugas 2,5 tahun sebagai polisi antihuru-hara masuk kerja. Namun ia dikabarkan izin sakit. Ia lantas memesan hotel yang tak jauh dari lokasi kejadian.