REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Laporan dari Anadolu menyebutkan jaksa Turki sedang menyelidiki mengapa pasukan keamanan Turki tidak menangkap penembak Duta Besar Rusia Andrei Karlov, Mevlut Mert Altintas hidup-hidup. Dari temuan yang ada, pria yang merupakan anggota polisi antihuru-hara itu terus melakukan perlawanan yang membahayakan bahkan, setelah petugas menembak salah satu kaki pelaku.
Presiden Tukri Recep Tayyip Erdogan membela tindakan pasukan keamanan. Ia menilai akan sangat membahayakan membiarkan penyerang melakukan perlawanan, seperti yang terjadi di stadion sepak bola Besiktas.
"Ada beberapa spekulasi mengapa pelaku tidak ditangkap hidup-hidup. Lihatlah apa yang terjadi di Besiktas dan justru menimbulkan banyak korban," ujar Erdogan.
Dalam serangan di Besiktas, sebanyak 44 orang tewas dan kebanyakan adalah polisi. Pelaku melakukan pengeboman sebanyak dua kali di luar stadion sepak bola tersebut.
Penembakan Karlov terjadi di sebuah galeri seni di Ibu Kota Ankara, Senin (19/12). Saat itu, pameran foto Rusia tengah berlangsung dan dirinya memberikan pidato pembukaan acara.
Tiba-tiba, Altintas menembak Karlov dari belakang. Sebelum melakukan serangan, pria berusia 22 itu disebut meneriakkan kata-kata 'Jangan Lupa Aleppo, Jangan Lupa Suriah.' Ia melepas tembakan hingga 11 kali.