Senin 26 Dec 2016 00:34 WIB

Pesan PBNU di Perayaan Natal yang Berlangsung Aman

Rep: Fuji E Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah pemuda Muslim membantu menjaga keamanan gereja dan mengatur lalu lintas saat umat Kristiani beribadah malam Natal di Gereja Silo, Ambon, Maluku, Sabtu (24/12) malam.
Foto: Antara/Embong Salampessy
Sejumlah pemuda Muslim membantu menjaga keamanan gereja dan mengatur lalu lintas saat umat Kristiani beribadah malam Natal di Gereja Silo, Ambon, Maluku, Sabtu (24/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengapresiasi kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Kerukunan tersebut tercermin dari perayaan Natal di Indonesia yang berlangsung aman dan tenteram pada Ahad (25/12). PBNU juga berpesan agar semua pihak berbuat dan bersikap adil dalam upaya menjaga kerukunan.

"Bagus perayaan Natal berjalan aman dan sudah seharusnya seperti itu," kata Wakil Ketua Umum PBNU, Prof KH Mochammad Maksum Machfoedz kepada Republika.co.id Ahad (25/12).

Ia menerangkan, di Indonesia ada ribuan pulau dan ratusan bahasa daerah. Semuanya bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masyarakat Indonesia, kata ia, sudah kodratnya toleransi. Sehingga, tinggal bagaimana seluruh elemen masyarakat merawat toleransi yang ada.

"Kodratnya kita memang toleransi, untuk itu kita perlu memeliharanya," ujarnya.

Ia menjelaskan, kalau ada orang atau pihak yang mengusik toleransi di Indonesia maka akan berbahaya, sebab mereka akan menjadi ancaman dan gangguan terhadap toleransi yang ada di Indonesia. Jika toleransi sudah terancam, maka kedaulatan akan ikut terancam.

KH Maksum berpesan, supaya semua pihak berusaha menjaga kerukunan antara umat beragama di Indonesia. Termasuk pemerintah harus lebih berpartisipasi dalam upaya menjaga kerukunan. Jadi, pembangunan yang dilakukan pemerintah juga harus toleransi. Harus ingat kepada masyarakat kecil.

"Jangan sampai pembangunan meningalkan masyarakat kecil, kalau itu terjadi itu menjadi kecemburuan," jelasnya.

Menurutnya, kalau sudah muncul rasa cemburu selanjutnya akan muncul rasa ketidakadilan dan lain sebagainya. Ia menegaskan, bukan intoleransi yang muncul tapi rasa ketidakadilan akibat pembangunan yang tidak adil. Artinya, pembangunan yang adil sangat perlu dilakukan untuk menjaga kerukunan.

Baca juga, Pemaksaan Pemakaian Atribut Natal Dinilai Bertentangan dengan Pancasila.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement