REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kapal flotilla akan membawa bantuan makanan dan suplai penting lainnya dari Malaysia ke Myanmar. Kapal ini membawa bantuan bagi suku Rohingya yang saat ini sangat membutuhkan bantuan.
Sekretaris Jendral Dewan Konsultatif Organisasi Islam Malaysia Zulhanis Zainol mengatakan, koalisi organisasi di Malaysia telah meminta izin kepada Kedutaan Besar Myanmar di Malaysia agar kapal flotilla pembawa bantuan bisa masuk ke Myanmar. Namun hingga saat ini Myanmar belum memberikan jawaban.
"Meskipun kami tak mendapat respin dari Kedutaan Besar Myanmar, kami akan tetap berlayar. Kami yakin ini merupakan misi kemanusiaan yang sangat penting yang harus dilakukan," katanya seperti dilansir Aljazeera, Sabtu, (31/12).
Selama ini Malaysia secara terang-terangan mengkritik Pemerintah Myanmar dalam menghadapi kekerasan di Rakhine yang menewaskan banyak orang dan membuat 30 ribu warga Rohingya terusir dari rumahnya. Ini terjadi akibat kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh tentara Myanmar kepada suku Rohingya.
Juru Bicara Kepresidenan Myanmar Zaw Htay mengatakan, hingga saar ini kepresidenan belum menerima permintaan izin untuk berlayarnya flotilla tersebut. Myanmar tak akan menerima kedatangan flotilla tanpa izin.
"Kalau mereka mencari masalah, kami tak akan menerimanya. Tak seorangpun selain warga Myanmar diperbolehkan memasuki perairan Myanmar, jika mereka nekad masuk kami tak akan menyerang mereka tapi kami tak akan menerima mereka," ujar Zaw Htay.
Kapal flotilla pembawa bantuan akan berangkat dari Malaysia pada 10 Januari. Mereka akan membawa 1.000 ton beras, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnyq bagi suku Rohingya.
Malaysia juga mendesak Association of South East Asian Nations (ASEAN) untuk melakukan koordinasi bagi pemberian bantuan kepada suku Rohingya. Selain itu juga mendesak dilakukan investigasi terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan kepada suku Rohingya.