Ahad 01 Jan 2017 04:20 WIB

Fadzli Zon Nilai TKA Cina Ancaman Serius

Rep: Ali Mansur/ Red: Ilham
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon
Foto: ROL/Fakhtar Lubis
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Wakil Ketua DPR, Fadli Zon mengatakan, maraknya tenaga kerja asing (TKA) ilegal asal Cina di Indonesia pada penghujung tahun ini menjadi salah satu persoalan yang mendapat sorotan di akhir tahun. Dalam catatanya, Fadli Zon menggarisbawahi tiga pokok persoalan, yaitu soal ekonomi, politik, dan keamanan.

Pertama, dari sisi ekonomi, Cina sebagai investor sebenarnya hanya menempati urutan kesembilan negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Begitu juga sebagai kreditor, Cina hanya menempati urutan kelima, kalah oleh Singapura, Jepang, AS dan Belanda. Namun ironisnya, jumlah tenaga kerja asing didominasi oleh tenaga kerja asal Cina, hingga 23 persen. "Dari sisi politik ekonomi, ini agak bermasalah," keluh Fadli Zon, Sabtu (31/12)

Selanjutnya, dari sisi politik. Fadli mengatakan, Indonesia pernah memiliki masalah sejarah terkait konflik etnis yang melibatkan etnis Cina, baik pada masa kolonial maupun sesudah kemerdekaan. Maka tidak heran apabila isu mengenai buruh asing ilegal asal Cina sangat gampang menjadi isu sensitif. Maka pemerintah tak boleh menganggap remeh isu ini dengan menganggap  semata-mata soal angka atau ekonomi.

Terakhir soal keamanan. Kata Fadli Zon, rakyat Indonesia juga belum lupa pada kasus diterobosnya area militer Halim Perdanakusuma oleh warga Cina dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Kemudian di Bogor juga ada kasus ditemukan tanaman cabe mengandung bakteri berbahaya yang ditanam oleh warga Cina.

TKA ilegal asal Cina ini akhirnya menjadi isu keamanan yang serius. Bagaimanapun juga, keamanan ini bukan hanya bersifat militer, tapi juga non-militer. Dalam diskursus keamanan kontemporer, ancaman non-militer ini ada berbagai jenis. "Mulai dari lingkungan, pangan, energi, hingga ekonomi," ungkap Fadli.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement