Kamis 05 Jan 2017 00:14 WIB

Korsel: Trump Tahu Ancaman Nuklir Korut

Red: Bilal Ramadhan
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Adanya 'peringatan jelas' Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump terhadap Korea Utara menunjukkan bahwa dia mengetahui seberapa besarnya ancaman nuklir negara itu, Korea Selatan mengatakan pada Selasa (3/1).

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan pada Minggu bahwa negaranya hampir dapat melakukan uji coba misil balistik antarbenua (ICBM), yang memicu pandangan bahwa Amerika Serikat berada dalam jangkauannya.

Trump menyangkal klaim itu melalui akun Twitternya yang mengatakan 'Itu tidak akan terjadi'. Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan komentar pertama Trump terhadap isu nuklir Korea Utara sejak pemilu AS November lalu, dapat dianggap sebagai sebuah 'peringatan jelas' terhadap Korut.

"Presiden terpilih Trump dan para pejabat AS sudah jelas mengetahui betapa besar dan pentingnya ancaman nuklir Korea Utara," kata juru bicara kementerian Korsel Cho June Hyuck mengatakan dalam sebuah pengarahan.

"Mereka mempertahankan sebuah pendirian kuat terhadap perlunya sanksi untuk Korea Utara dan untuk kerjasama antara Korea Selatan dengan AS," tambahnya. Departemen luar Negeri AS mengatakan bahwa KOrea Utara terus mengembangkan teknologi nuklir dan misil balistik.

"Kami tidak yakin saat ini mereka (Korut) memiliki kemampuan untuk memasang hulu ledak nuklir dalam misil mereka, namun kami mengetahui bahwa mereka terus menginginkan kemampuan itu dan programnya berlanjut hingga Maret," juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby mengatakan kepada para wartawan.

Trump belum mengesampingkan kebijakan terhadap korea Utara, namun saat kampanye pemilunya dahulu dia menandakan akan berbicara dengan pemimpinnya, kim Jong Un jika mendapatkan kesempatan.

Juru bicara Trump Kellyanne Conway mengatakan dalam program "Selamat Pagi Amerika" dari stasiun televisi ABC bahwa Trump "menyinggung Korea Utara dalam tulisannya di Twitter dan dalam pernyataan lainnya bahwa itu tidak akan terjadi".

"Dia sebagai presiden AS ingin berada di antara mereka dan kemampuan nuklirnya, yang para pakar sebut dapat langsung diluncurkan untuk mengenai Seattle," Conway mengatakan.

Dia mengatakan Trump belum mengumumkan bagaimana dia akan menanggapi program nuklir dan misil Korut dan tidak akan melakukannya sebelum dia dilantik.

"Kami mengetahui bahwa terdapat sejumlah sanksi yang memungkinkan," ujar Conway. "Sanksi itu tidak selalu berhasil. Saya rasa Cina juga akan memiliki peran penting terkait hal ini".

Trump berpendapat kritis terkait Cina dalam isu ini. Pada Senin, dia mengatakan bahwa Cina mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan AS namun enggan campur tangan dalam mengendalikan korea Utara.

Sebagai tanggapannya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan Cina telah mendorong denuklirisasi semenanjung Korea.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement