REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, meyakini hubungan dengan Washington akan meningkat jika AS di bawah kepemimpinan Donald Trump. Selain itu, ia merasa kedua sekutu NATO akan mencapai konsensus lebih mudah pada isu-isu regional.
Hubungan AS dan Turki, yang memiliki tentara terbesar kedua di aliansi NATO serta menjadi kunci AS melawan ISIS di Suriah dan Irak, telah membyuruk sejak kegagalan kudeta militer Juli tahun lalu. Erdogan, menyalahkan kegagalan kudeta pada Fethullah Gulen, tokoh Turki yang telah tinggal di pengasingan Pennsylvania sejak 1999.
Ankara turut mengungkapkan ketidaksukaan, atas dukungan AS kepada kelompok milisi Kurdi di Suriah, yang dianggap sebagai kepanjangan tangan dari PKK. Karenanya, di bawah kepemimpinan Presiden AS yang baru saja terpilih, Donald Trump, Erdogan merasa hubungan antara Turki dan AS akan lebih baik dan meningkat.
"Saya percaya kami akan mempercepat dialog ketika Trump sudah berkantor, saya percaya kami akan mencapai konsensus dengan Trump, terutama pada isu-isu regional," kata Erdogan seperti dilansir Arab News, Selasa (10/1).
Sementara, para pejabat AS telah membuat jelas kalau masalah dari ekstradisi Gulen merupakan urusan pengadilan, bukan kemauan politik dan proses itu bisa memakan waktu bertahun-tahun. Namun, rencana kebijakan Trump atas Suriah sendiri, tetap tidak akan memaksa Presiden Bashar Assad turun dari kekuasan.