REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Indonesia Corruption Watch Ade Irawan menyatakan berbagai bentuk tindakan korupsi yang dilakukan aparat birokrasi sebetulnya terjadi karena ada tekanan dari atasannya. Ini, kata dia, menjadi faktor utama kenapa korupsi di tingkat birokrasi selalu ada.
Ade menjelaskan, ada faktor internal yang membuat adanya korupsi di birokrasi. Misalnya, dengan melakukan pemerasan, memanipulasi tender, ataupun dengan membuat kegiatan fiktif. Lewat cara itulah, kata Ade, seorang oknum di birokrasi bisa mendapat pendapatan lain melalui adanya pembayaran transportasi, hotel, dan uang saku.
"Mencari rente lewat hotel, uang saku, dan transport. Ini bisa dengan mudah disiasati," tutur dia dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta, Kamis (12/1).
Namun, faktor internal tersebut bukan menjadi yang utama. Menurut Ade, ada faktor utama yang menjadi alasan oknum di birokrasi melakukan korupsi, yaitu tekanan dari atasan. "Faktor internal bukan satu-satunya faktor. Ada faktor utama, tekanan dari atasan. Ini konteksnya di daerah, kepala daerah atau DPRD. Makanya, birokrasi dalam alur korupsi ini hanyalah eksekutor dari yang dibuat oleh atasannya," tutur dia.
Dalam konteks itulah, aparat di birokrasi sebetulnya hanya menjadi eksekutor dari apa yang telah dibuat atasannya. Secara tidak langsung pula, birokrasi dipaksa untuk berbuat korup. Alhasil, birokrasi yang semestinya melayani masyarakat, malah melayani penguasa.
"Supaya aman, harus terus melayani pejabat politik misalnya kepala daerah dan DPRD dengan cara memanipulasi tender atau mencarikan logistik untuk pejabat poltik tadi. Birokrasi dipaksa untuk melayani kekuasaan. Sebetulnya ini sudah bukan cerita baru lagi," kata dia.