REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 16 warga, satu ekor sapi, dan Sembilan kambing di Desa Purwosari Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo terindikasi penyakit Antraks. Warga berasal dari Dusun Ngaglik dan Ngroto, tetapi sebagian besar berasal dari Ngaglik.
"Mereka mempunyai ciri-ciri terkena Antraks dan sudah dilakukan pengecekan di laboratorium Kesehatan maupun Balai Besar Veteriner dan hasilnya positif Antraks," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kulonprogo, Astungkoro, kepada Republika, Rabu (18/1).
Menurut Astungkoro, selama ini belum pernah ada kejadian Antraks di Kulonprogo. Kejadian tersebut bermula dari disembelihnya seekor sapi yang sempoyongan milik Ngatijo, seorang warga Ngaglik. Kemudian daging dibagi-bagikan kepada warga. Kebetulan ada daging yang masih disimpan di freezer sehingga bisa dilakukan pemeriksaan. "Karena itu kami kaget juga sehingga sekarang sedang dilakukan penelusuran asal mula sapi tersebut. Setahu saya yang ada kasus Antraks di Boyolali dan Sragen," tutur Astungkoro.
Menurut Astungkoro, pihaknya baru mendapat laporan Jumat (13/1) bahwa dari hasil laboratorium Kesehatan dan Laboratorium Balai Veteriner bahwa ada indikasi Antraks bagi sejumlah 16 warga, satu sapi, dan sembilan kambing di Desa Girimulyo.
"Saat itu juga langsung kami minta identifikasi secara menyeluruh, dilakukan tindakan penyemprotan, serta penyuluhan kepada warga tentang gejala Antraks, pencegahan, serta tindakan yang dilakukan bila diketahui gejala Antraks," tuturnya.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1501/2015 bahwa bila ada salah satu dari sembilan tanda-tanda Antraks merupakan KLB Antraks. "Karena itu Senin (16/1-Red) langsung kami nyatakan di Dusun Ngaglik KLB Antraks karena hampir semua indikasi Antraks hanya terjadi di dusun tersebut, dan hanya ada satu-dua warga yang terindikasi Antraks tinggal di Dusun Ngroto.
Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko saat dikonfirmasi Republika, mengatakan baru mendengar bahwa di Desa Girimulyo ada kasus Anthraks. "Kami akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Kulonprogo dan melakukan cek laboratorium apakah benar-benar itu kasus Antraks. Karena sudah lama di DIY tidak ada kasus Antraks," kata Sasongko.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupatan Kulonprogo, Bambang Haryatno, mengungkapkan sebelumnya para korban mengira apa yang menimpa mereka akibat dikarenakan serangan serangga. "Awalnya pasien berobat ke Puskesmas Girimulyo II karena kulit tangan mereka memerah dan melepuh. Waktu itu tidak ada panas tinggi dan semua warga yang berobat ke Puskeesmas dimulai di kulit tangan. Kami juga sudah mendatangkan dokter sepsialis penyakit kulit RSUP Dr Sardjito. Hal itu sempat diduga penyakit kulit akibat tomcat" ujar Bambang.
Petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo kemudian datang ke lokasi untuk melakukan sampling . Dari hasil pemeriksaan sampel yang dibawa ke Balivet Kulonprogo ternyata juga positif Antraks. "Jumlah warga yang gejalanya mirip terkena Antraks ada 16 orang. Tetapi pada akhir Desember 2016 masih ada empat warga masih ada gejala seperti Antraks di kulit tangannya lalu diperiksa di laboratorium.
Astungkono mengatakan Kabupaten Kulonprogo sudah melakukan koordinasi dengan Kabupaten Purworejo yang bersebelahan dengan Kabupaten Kulon Progo. "Agar apabila ada gejala Antraks di Kabupaten tersebut segera dilakukan penanganan," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kulon Progo Astungkoro. Untuk mencegah meluasnya kejadian Antraks, Pemkab Kulonprogo menyiapkan prosedur berikutnya yakni dengan melakukan vaksinasi kepada hewan seperti sapi, kambing, kucing, dan lain-lain.