REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi mengaku prihatin dengan penyebaran HIV-AIDS di wilayah ini. Pasalnya, saat ini kasus HIV mulai banyak ditemukan pada ibu rumah tangga (IRT) dan lelaki seks lelaki (LSL).
"Kami prihatin dengan adanya kasus HIV yang dialami IRT,’’ terang Sekretaris MUI Kota Sukabumi M Kusoy kepada Republika Ahad (22/1). Hal ini harus menjadi perhatian dari semua pihak terkait baik pemkot, ulama, dan elemen masyarakat lainnya.
Dikatakan Kusoy, perlu ada sejumlah langkah dan gerakan untuk mencegah penyebaran HIV-AIDS. Selama ini MUI telah melakukan dua gerakan yakni pemberdayaan ekonomi syariah dan perbaikan akhlak.
Menurut Kusoy, penyebaran HIV-AIDS salah satunya dari dampak perzinahan. Ke depan, semua pihak harus lebih siaga dan jangan lengah untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut.
Caranya ungkap Kusoy, dengan mengajak masyarakat untuk memakmurkan kegiatan ibadah di masjid. Ia mengatakan masjid merupakan benteng akidah, ibadah, dan dakwah bagi umat Islam.
Kasus HIV-AIDS pada dua tahun terakhir di Kota Sukabumi didominasi dari kalangan IRT dan lelaki suka lelaki atau gay. Pengelola Program KPA Kota Sukabumi Yanti Rosdiana mengatakan, saat ini penyebaran HIV-AIDS bukan hanya ke populasi kunci melainkan kepada kalangan masyarakat umum seperti IRT.
"Untuk IRT misalnya pada 2015 lalu kasus HIV nya mencapai 51 kasus," terang Yanti. Sementara pada 2016 ini, dari Januari hingga Nopember kasus positif HIV pada IRT mencapai sebanyak 27 orang.
Sementara secara keseluuhan, jumlah kasus baru HIV-AIDS di Kota Sukabumi di sepanjang 2016 lalu mencapai sebanyak 114 kasus. "Dari hasil pendataan terakhir ada sebanyak 114 kasus baru dari Januari hingga Desember 2016 lalu," terang Ketua KPA Kota Sukabumi sekaligus Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi.
Menurut Fahmi, dari 114 kasus tersebut hanya sebanyak 18 orang yang warga Kota Sukabumi. Sementara sebagian besarnya berasal dari luar Kota Sukabumi seperti dari Kabupaten Sukabumi dan Cianjur. Hal ini dikarenakan proses pemeriksaan dan penanganan warga luar kota tersebut dilakukan di Sukabumi.
Jumlah kasus HIV-AIDS baru tersebut menuru dibandingkan dengan 2015 lalu. Pada 2015 lalu kasus HIV dari Januari hingga Desember mencapai sebanyak 136 kasus.Meskipun demikian lanjut Fahmi, program penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS harus terus digiatkan pada 2017 ini.
Oleh karena itu KPA menggelar rakor bersama sejumlah elemen terkait lainnya dalam penanganan HIV. Saat ini lanjut Fahmi, ada dua kelompok populasi kunci yang membutuhkan intervensi secara bersama–sama. Kedunya yakni kelompok LSL atau lelaki seks lelaki yang mengalami peningkatan kasus yang cukup signifikan. Selain itu kelompok pasangan resikoo tinggi (risti) yang di dalamnya adalah ibu rumah tangga (IRT).