REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Banjir bandang yang menerjang tujuh desa di Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan pada Ahad (22/1) lalu telah menyebabkan kerugian materi hingga miliaran rupiah. Pembersihan material lumpur sisa banjir pun dinyatakan telah selesai 100 persen dan masyaraat sudah beraktivitas kembali.
Taksiran kerugian sekitar Rp 6,2 miliar,’’ ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, Sabtu (28/1).
Adapun tujuh desa yang diterjang banjir bandang itu, yakni Desa Citenjo, Sindangjawa, Cipondok, Sukaharja, Cibingbin, Dukuhbadag dan Ciangir. Banjir yang disebabkan meluapnya sungai Cijangkelok usai hujan deras itu merendam pemukiman warga dengan ketinggian antara 50 – 150 cm.
Agus menyebutkan, kerugian materi itu disebabkan adanya berbagai kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir. Di antaranya menimpa rumah warga, ternak, fasilitas umum maupun sarana lainnya.
Untuk rumah warga, tercatat ada 2.553 unit rumah milik warga di tujuh desa tersebut yang diterjang banjir. Dari 2.553 rumah itu, sebanyak 23 rumah di antaranya rusak berat, 46 rumah rusak ringan dan 2.484 rumah terendam.
Selain itu, banjir juga menghanyutkan 656 ekor ternak milik warga. Ternak itu terdiri dari sapi dua ekor, domba 89 ekor dan unggas 565 ekor.
Sedangkan fasilitas umum yang mengalami kerusakan terdiri dari sekolah sebanyak empat buah dan sarana ibadah 20 buah. Tak hanya itu, banjir juga merendam sawah seluas 122 hektare, lahan pertanian lainnya tujuh hektare dan kolam ikan 2,1 hektare.
Agus menambahkan, jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 7.128 jiwa atau 2.643 kepala keluarga (KK). Sedangkan luas wilayah pemukiman yang terdampak seluas 70 hektare. "Banjir juga menyebabkan 21 orang warga terluka ringan. Untuk korban meninggal tidak ada,’’ katanya.
Wakil Bupati Kuningan Dede Sembada menilai, banjir itu dikarenakan adanya penebangan hutan yang berlebihan dan pendangkalan sungai Cijangkelok. Untuk penanganannya, pihaknya menunggu hasil kajian dari BBWS Cimanuk-Cisanggarung.