REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Daniel Zuchron, mengatakan faktor dinamika politik menjadi penyebab kerawanan Pilkada DKI Jakarta. Berdasarkan pemetaan Bawaslu, dimensi kontestasi juga masih menjadi penyebab kerawanan jelang pemungutan suara pada dua pekan mendatang.
"Di DKI Jakarta, kerawanan dipengaruhi oleh faktor dari luar. Misalnya, soal dinamika politik yang berimbas terhadap kondisi di lapangan," ujar Daniel di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Senin (30/1).
Menurutnya, dinamika politik tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Dinamika tersebut berada di level pemberitaan media massa dan media sosial. Namun, lanjutnya, dinamika politik berpeluang menjadi sumber kerawanan.
"Sebab, nanti akan langsung berpengaruh terhadap kondisi lapangan. Misalnya saja, di lapangan sudah kondusif, tetapi di media sosial terjadi konflik," tutur Daniel.
Selain itu, faktor kontestasi juga masih berpengaruh terhadap kerawanan Pilkada DKI Jakarta. Berdasarkan pemetaan Bawaslu RI, indeks kerawanan Pilkada DKI Jakarta berdasarkan kontestasi mencapai 2,95 persen.
Untuk mengantisipasi kerawanan, Bawaslu telah melakukan pemetaan berdasarkan daerah. "Kami koordinasikan dengan aparat keamanan setempat dan tokoh masyarakat. Misalnya saja, cara mengatasi kerawanan di Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur tentu harus melihat karakter sosial masyarakatnya," tambah Daniel.