REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman (mamin) menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di luar sektor minyak dan gas (migas). Pertumbuhan industri pun diprediksi masih akan berlanjut dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang mulai membaik.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, industri ini menjadi sektor yang strategis dan mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Hal ini ditujukan denga laju pertumbuhan industri mamin pada kuartal III 2016 yang sebesar 9,82 persen. Bahkan, pertumbuhan industri mamin ini lebih tinggi dari total pertumbuhan industri pada periode yang sama yaitu sebesar 4,71 persen.
Airlangga menuturkan, pertumbuhan industri mamin diantaranya ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan tumbuhnya populasi kelas menengah. "Populasi ini disertai dengan kecenderungan pola konsumsi masyarakat yang mengarah untuk mengkonsumsi produk-produk pangan olahan ready to eat," kata Airlangga dalam diskusi di Kementerian Perindustria, Selasa (7/2)
Menurutnya, industri mamin juga memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri terutama berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas. Peranan subsektor industri ini menjadi yang terbesar dibandingkan subsektor lainnya yaitu 33,6 persen pada kuartal III 2016.
Pada tahun lalu, sumbangan nilai ekspor produk mamin mencapai 19 miliar dolar AS, mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada periode sama sebesar 9,64 miliar dolar AS.
"Di samping itu dapat dilihat dari perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan hingga kuartal III 2016 sebesar Rp 24 triliun untuk Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 1,6 miliar dolar AS," ujarnya.