Selasa 07 Feb 2017 16:49 WIB

Petani Kabupaten Bandung Keluhkan Harga Bawang Daun dan Seledri Terjun Bebas

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Angga Indrawan
Daun Bawang (ilustrasi)
Daun Bawang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG - Sejumlah petani bawang daun dan seledri di Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey, Rancabali (Pacira), Kabupaten Bandung merugi karena harga jual dua komoditas tersebut terjun bebas. Saat ini, kedua barang tersebut hanya dihargai Rp 500 per kilogram. Padahal biaya produksi untuk tiap hektare di kisaran Rp 25 juta.

Ayi Uto, penggerak pertanian Holtikultura di Kecamatan Rancabali mengatakan harga jual minimal yang dapat menguntungkan petani untuk komoditas bawang daun sebesar Rp 5.000 per kilogram dan seledri Rp 7.000 per kilogram. Namun kenyataannya, harga jual dua barang itu ke bandar hanya Rp 500 per kilogram.

"Sekarang di kawasan Pacira sedang musim panen dua komoditas bawang daun dan seledri. Karena harga tersebut para petani lebih memilih membiarkan tanamannya tidak dipanen dan dibiarkan membusuk," ujarnya, Selasa (7/2).

Sebab, menurutnya, jika dipanen para petani malah rugi karena harus mengeluarkan ongkos untuk upah pekerja dan transportasi serta lainnya. Selain itu, biaya produksi tiap hektare mencapai Rp 25 juta ditambah dengan biaya upah panen, kuli angkut dan lainnya. 

Ia menuturkan, jika cuaca tengah ekstrim maka petani harus mengeluarkan biaya produksi menjadi dua kali lipat. Karena tanaman membutuhkan perawatan lebih. Dirinya menambahkan, rata-rata petani di Pacira bertanam holtikultura termasuk menanam seledri dan bawang daun. Kurang lebih sebanyak 2.000 hektare lahan pertanian yang ditanami seledri dan bawang daun terutama di wilayah Desa Alamendah dan Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali. 

"Kami berharap Pemerintah bisa turun tangan memberikan saran, termasuk saran menanam tanaman apa yang bagus dan harga jualnya tidak akan terjun bebas," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement