Kamis 09 Feb 2017 20:35 WIB

Tiga Berita Hoax yang Sering Jadi Santapan Netizen

Media sosial
Foto: ist
Media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena masyarakat Indonesia yang senang menyebarkan berita hoax cenderung menurun untuk isu-isu tertentu. Setidaknya dalam dua bulan terakhir, ada tiga isu besar yang disinyalir sebagai berita hoax.

“Kami memantau ada tiga isu besar selama kurun waktu dua bulan terakhir ini yaitu 31 Desember hingga 24 Januari, yaitu mengenai eksodus 10 juta pekerja Cina, wafatnya mantan presiden BJ Habibie serta miringnya jembatan Cisomang," kata Luciana Budiman, Country General Manager Isentia yang memantau isu-isu hoax selama tiga bulan terakhir melalui media sosial.

Ia berkata, dua isu terakhir terdapat kurang dari 100 percakapan di media sosial, sedangkan isu pekerja negara asing terdapat dalam 1.224 pembicaraan. "Ini menunjukkan sebenarnya orang Indonesia sudah mulai bisa memilih dan memilah mana fakta yang perlu disebarluaskan dan mana berita yang belum valid,” ucap dia dalam keterangan tertulisnya.

Untuk isu 10 juta pekerja China, kata Luciana, tidak saja media sosial yang membicarakannya melainkan juga media tradisional. Terdapat 118 artikel yang di berbagai media yang membahas tentang ini dan 54 persennya adalah media daring.

“Surat kabar menempati posisi kedua dengan jumlah pemberitaan 43 persen, sedangkan televisi dan majalah hanya 3 persen saja. Sementara di ranah media sosial, Twitter menyumbang 86,74 persen pembicaraan, diikuti oleh Facebook 10,85 persen. Sisanya adalah forum online dan blog.”

Berdasarkan pemantauan, media konvensional cenderung memilih bersikap netral dalam memberitakan hal yang belum diketahui validitasnya, sedang di media sosial sebagian netizen telah mengambil sentimen baik positif atau negatif. Sikap netral merupakan keunggulan media konvensional dan dengan demikian media konvensional mampu memberikan edukasi bagi masyarakat untuk tidak turut membantu menyebarkan berita-berita hoax sebagai penyeimbang media sosial.

“Tentunya proses edukasi ini membutuhkan waktu sehingga nantinya masyarakat kita sudah paham dalam membedakan berita hoax dengan berita bermutu,” kata dia mengakhiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement