Selasa 11 Feb 2014 13:46 WIB

Tim Penjaring Tuan Rumah PON 2020 Sambangi Unsyiah

Kembang api menyala menandai dibukanya Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau di Stadion Utama Riau, Pekanbaru, Riau, Selasa (11/9).
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Kembang api menyala menandai dibukanya Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau di Stadion Utama Riau, Pekanbaru, Riau, Selasa (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Tim Penjaringan tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 mengunjungi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh untuk melihat kesiapan perguruan tinggi tersebut sebagai lembaga penunjang event tersebut.

Tim, yang dipimpin sekretaris jenderal KONI Pusat E F Hamidy, disambut Pembantu Rektor IV Prof Darussaman dan Purek III Dr Rusli Yusuf di ruang senat Biro Rektor Unsyiah Darussalam, Banda Aceh, Selasa.

"Tim akan memverifikasi segala kelengkapan venue yang akan mendukung pelaksanaan PON di Aceh," kata Hamidy dalam pertemuan yang juga turut dihadiri perwakilan perguruan tinggi swasta di provinsi itu.

Dalam melakukan verifikasi kelengkapan venue tersebut, ada beberapa kriteria yang diperhatikan yakni status tribun, penonton, tempat pemanasan, ruang ganti, akomodasi dan sarana penunjang lainnya.

Tim penjaringan tuan rumah PON tersebut melakukan tinjaun kebeberapa lokasi di lingkungan Unsyiah yang diproyeksikan menjadi sarana pendukung seperti Gedung AAC Dayan Dawood, Gedung Gelanggang Mahasiswa, Gedung Information and Communication Technolog (ICT)?Taiwan, Stadion Mini dan Gedung Olahraga Unsyiah.

"Kami akan menilai terlebih dahulu dan hampir semua venue di Unsyiah sudah memenuhi syarat untuk beberapa cabang olahraga. Namun, berbagai hasil yang kami peroleh dari Aceh ini akan kami sampaikan dalam rapat besar PON," kata Hamidy.

Untuk menjadi tuan rumah PON 2020, Aceh akan bersaing dengan beberapa provinsi lain yang sudah mendaftar yaitu Jawa Tengah, Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Bali dan Sulawesi Selatan.

Ia menambahakan salah satu syarat utama agar bisa lolos menjadi tuan rumah PON 2020 adalah provinsi tersebut harus sudah memiliki minimal 50 persen infrastruktur yang dibutuhkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement