Ahad 09 Aug 2015 00:24 WIB

Miris! Mantan Atlet Senam Tidur di Tenda Darurat Usai Cuci Darah

Rep: C01/ Red: Citra Listya Rini
Matan atlet yang kini bernasib nahas (ilustrasi)
Matan atlet yang kini bernasib nahas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Miris! Sosok mantan atlet cabang olahraga senam gymnastic Jawa Barat Amin Ikhsan (42 tahun) terlihat lemas pascamenjalani cuci darah pada Sabtu (8/8) malam. Meski masih dalam kondisi lemas, Amin tetap kembali dan beristirahat di tenda warga yang berdiri di tengah lahan penggusuran kaeasan kiaracondong.

Amin yang baru saja menjalani proses cuci darah hanya bisa terduduk di kasur yang digelar di tenda darurat milik warga. Dengan nafas yang sedikit tersengal, Amin tetap berkomitmen untuk tinggal di tenda hingga mendapatkan kejelasan dari Pemerintah Kota Bandung terkait pembongkaran bangunan di kawasan Kiaracondong.

Sebelum sakit ginjal menimpa Amin, Amin masih aktif dalam dunia olahraga. Hasil bonus yang ia dapatkan dari berbagai kejuaraan nasional maupun internasional kemudian ia gunakan untuk membuka usaha studio musik dan kontrakkan di samping rumahnya yang dulu berada di Jalan Karawang, Kiaracondong.

Studio musik dan kontrakan tersebut merupakan satu-satunya pemasukan bagi Amin dan keluarga setelag ia menderita penyakit ginjal. Namun, pembongkaran di lahan milik pemerintah di kawasan seluas 13,5 hektare tersebut membuat Amin harus kehilangan sumber pendapatannya yang ia bangun dari hasil jerih payahnya selama berkarir sebagai atlet.

Tak hanya Amin, saudara-saudara Amin yang juga kerap membantunya mengelola studio musik pun harus kehilangan mata pencaharian. "Dengan keadaan begini saya mati total," kata Amin saat ditemui di tenda warga pada Sabtu (8/8) malam.

Rumah Amin di Jalan Karawang yang kini rata dengan tanah juga menyimpan banyak kenangan bagi Amin. Rumah tersebut, lanjut Amin, telah menjadi saksi bagi perjalanan karir Amin sebagai atlet. Dengan mata berkaca-kaca, Amin juga bercerita bahwa ia menyaksikan sendiri di depan bangunan rumahnya saat bangunan tersebut beserta studio musik dan kontrakannya dihancurkan dengan alat berat.

"Saya berharap ada kelayakan penggantian. Bukan dengan biaya sedikit untuk membanghn dan membuat usaha. Bukan hanya bagi saya, tapi untuk semua," tambah Amin.

Sakit ginjal yang amin derita juga membuatnya harus menjalani cuci darah tiga kali selama seminggu. Dalam tiga bulan pertama, Amin harus menanggung biaya sendiri untuk menjalani cuci darah karena di RS tempatnya menjalani perawatan belum menyediakan layanan BPJS Kesehatan.

Baru di bulan keempat Amin menjalani proses cuci darah dengan BPJS. Dengan BPJS, Amin merasa bersyukur karena bebannya berkurang meski untuk beberapa obat tetap harus menggunakan uang pribadinya.

Hilangnya mata pencaharian juga membuat Amin khawatir atas masa depan dan pendidikan ketiga anaknya. Amin bercerita, istrinya kini harus bekerja melebihi delapan jam kerja untuk dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga.

"Dari dulu sebenarnya mau ngadu, tapi ngadu ke mana. KONI (Jabar) mungkin tidak tahu kondisi saya, tapi Persani tahu," ungkap Amin.

Melihat kondisi yang dialami Amin saat ini, Amin mengatakan beberapa teman seangkatannya berencana akan memberikan bantuan. Amin mengakan teman-temannya tersebut berencana untuk membentuk tim untuk menyampaikan suara kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement