REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN sepanjang 2016 menyalurkan kredit sebesar Rp 164,4 triliun atau tumbuh sebesar 18,38 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp 138,95 triliun. Ditargetkan tahun ini kredit akan tumbuh sebesar 21,00 -23,00 persen.
Tahun ini Bank Tabungan Negara (BTN) menargetkan pertumbuhan KPR subsidi ditargetkan sebesar 16,8 persen, sedangkan KPR non subsidi ditargetkan tumbuh 33 persen.
"Ini untuk meningkatkan profitabilitas, tahun ini akan sedikit ubah porsi KPR subsidi menjadi 45 persen. Tapi secara amount atau unit tidak akan berubah," kata Direktur BTN Handayani.
Adapun pertumbuhan kredit di tahun 2016 didominasi oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh sebesar 18,43 persen yoy menjadi Rp 147,94 triliun. Kredit ini didominasi oleh KPR subsidi yang tumbuh sebesar 30,57 persen yoy menjadi Rp 56,83 triliun dari Rp 43,52 trilliun di 2015. Sementara itu pertumbuhan sedangkan KPR non subsidi tumbuh 12,89 persen atau Rp 60,469 triliun.
"Pertumbuhan KPR didominasi oleh KPR subsidi. Artinya dengan program 1 juta rumah menunjukan menggeliatnya KPR subsidi," ujar Direktur Utama BTN, Maryono di Menara BTN, Jakarta, Senin (13/2).
Pada tahun ini, proyeksi perekonomian yang membaik diyakini akan mendorong industri properti, terutama Kredit Perumahan Rakyat (KPR) subsidi atau Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
"Ekonomi membaik, lalu anggaran FLPP naik jadi Rp 19 triliun, baik untuk bantuan uang muka dan subsidi bunga. Ini mendorong pertumbuhan KPR di tahun ini," ujar Maryono
Selain itu, adanya tambahan segmen yakni KPR mikro yang akan dilaunching pada akhir Februari ini juga akan mendorong pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Kendati begitu, porsi portofolio KPR subsidi akan dikurangi dari yang sebelumnya 50 persen menjadi 45 persen. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas.
Tercatat per akhir tahun 2016, BTN membukukan laba bersih senilai Rp 2,61 trilliun atau tumbuh 41,49 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,85 triliun. Ditargetkan pada tahun ini laba akan tumbuh sebesar 20 persen.
Sementara itu rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) gross Bank BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42 persen menjadi 2,84 persen. NPL net pun membaik dari 2,11 persen pada Desember 2015 menjadi 1,85 persen di bulan yang sama di tahun berikutnya. Ditargetkan pada tahun ini NPL turun di bawah 2,5 persen.