Kamis 16 Feb 2017 06:05 WIB

Awal Tahun, Bencana Banjir Dominasi Jatim

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ani Nursalikah
Warga naik becak menerobos banjir di Jalan Imam, Sampang, Jatim, Selasa (27/9).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Warga naik becak menerobos banjir di Jalan Imam, Sampang, Jatim, Selasa (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mencatat musibah banjir mendominasi pada awal 2017. Tingginya intensitas hujan mempengaruhi musibah banjir di Jatim.

Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik dan Peralatan BPBD Jatim, Yanuar Rachmadi mengatakan pada awal 2017 ini musibah yang terjadi di Jatim meliputi banjir genangan, banjir rob, banjir bandang, tanah longsor dan puting beliung. Sekitar 54 persen ancaman bencana di Jatim berasal dari faktor hidrometrologi atau cuaca.

“Karena intensitas hujan tinggi dan cuaca yang mendukung, juga dikarenakan perubahan lingkungan juga mempengaruhi bencana tersebut,” kata Yanuar saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/2).

Ia menyebutkan, banjir terjadi di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, di antaranya Kabupaten Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, hingga Gresik. Banjir rob terjadi di Kabupaten Sampang dan Sidoarjo. Banjir rob ini dipengaruhi ketinggian air laut yang naik disertai hujan deras sehingga aliran air menggenangi daerah yang lebih rendah. Sementara longsor terjadi di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Ponorogo. Sedangkan puting beliung terjadi di wilayah-wilayah yang terkena banjir.

Menurutnya, musibah yang terjadi pada awal 2017 ini hampir sama dengan awal 2016. “Diprediksi sampai Maret kondisi masih penghujan tapi intensitasnya berdasarkan perkiraan BMKG bakal menurun,” imbuhnya.

Di samping faktor alam, lanjutnya, faktor lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya bencana. Setiap tahun, terjadi perubahan tata kota dan penggunaan lahan seiring maraknya pembangunan. Termasuk pemanfaatan lahan di bantaran sungai, bukit, pegunungan, maupun pembangunan di perkotaan. “Sehingga yang tahun-tahun lalu serapan cukup tinggi sekarang berkurang, air mencari daerah-daerah yang rendah,” ujarnya.

Oleh sebab itu, BPBD Jatim melakukan penanggulangan bencana dengan mengutamakan efektivitas sesuai dengan permintaan Gubernur Jatim, Soekarwo. Caranya, sebanyak 80 persen peralatan dan logistik berada di BPBD kabupaten/kota. Sehingga penanganan terhadap bencana menjadi lebih cepat.

“Kebijakan Gubernur, Pemprov mengalokasikan dana BTT atau belanja tidak terduga untuk penanggulangan bencana, jumlahnya unlimited tapi juga sesuai kebutuhan,” jelasnya.

Di samping itu, BPBD Jatim terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah rawan bencana terkait peringatan dini jika terjadi bencana. Melalui pemanfaatan teknologi informasi (IT), masyarakat akan diperingatkan jika wilayahnya terjadi bencana.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement