REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Salah satu senator Filipina, Leila De Lima ditangkap oleh pihak berwenang di negara itu, Jumat (24/2). Ia dituding melakukan kerja sama dalam perdagangan narkotika di salah satu penjara di Ibu Kota Manila yang dikenal dengan nama Bilibid, saat menjabat sebagai kepala Departemen Kehakiman pada 2010 hingga 2015 lalu.
Polisi menangkap perempuan berusia 57 tahun itu di kantor senat Filipina pada pukul 8 pagi waktu setempat. Saat itu, begitu banyak warga yang hadir dan memberikan dukungannya terhadap Leila.
Ia mengatakan, telah menyerahkan diri secara sukarela. Leila juga tidak khawatir akan berada dalam tahanan karena melakukan sesuatu yang dianggap olehnya bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
"Saya akan pergi bersama mereka (polisi) dengan sukarela. Ini adalah kehormatan karena saya akan di penjara karena sesuatu yang diperjuangkan," ujar Leila seperti dilansir CNN, Jumat (24/2).
Perempuan yang juga merupakan pengacara dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) itu mengatakan, prinsip-prinsip yang ia miliki tidak akan pernah berubah. Leila menegaskan, penagkapan terhadap diirinya tidak akan membuat perbedaan apapun.
"Jika mereka berpikir dengan memenjarakan saya, maka semuanya dapat berubah itu salah. Sebaliknya, ini semakin mendorong saya untuk mengejar kebenaran dan keadilan," jelas Leila.
Perempuan yang diangkat sebagai Komisi HAM Filipina pada 2008 lalu oleh mantan presiden Gloria Macapagal Arroyo itu juga menegaskan, tidak pernah terlibat dalam perdagagan obat terlarang. Selama ini, Leila dikenal sebagai sosok yang sering memberik kritik terhadap Presiden Rodrido Duterte.
Kritik itu disampaikan terkait kebijakan Duterte dalam perang melawan narkotika di salah satu negara Asia Tenggara tersebut. Menurut Leila, cara-cara yang digunakan dalam operasi pemberantasan obat terlarang selama pemerintahan mantan wali kota Davao itu sangat tidak manusiawi.
Baca juga, Presiden Duterte Berisiko Dimakzulkan.