Selasa 28 Feb 2017 15:28 WIB

TKW Sri Rabitah: Dokter Bilang Ginjal Saya Masih Ada

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ilham
Ginjal
Foto: Wikipedia
Ginjal

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sri Rabitah, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dusun Lokok Ara, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, tampak lesu saat menyambangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (28/2). Perempuan berusia 25 tahun ini datang ke RSUD hendak melakukan pemeriksaan lanjutan atas dugaan pencurian ginjal yang ia alami kala bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Qatar pada 2014, lalu. 

"Saya ingin kasus ini dihentikan sampai sini saja, karena ini ada kesalahpahaman. Dokter bilang ginjal saya masih ada," ujar dia usai pertemuan dengan dokter di RSUD NTB, Selasa (28/2).

Pernyataan ini sontak mengejutkan. Pasalnya, sehari sebelumnya, Sri mengatakan ginjal bagian kanannya sudah tidak ada berdasarkan keterangan dan bukti tertulis dari dokter yang memeriksanya di RSUD NTB beberapa waktu lalu. Terlebih, pernyataannya ini tanpa disertai pemeriksaan lanjutan. "Tidak periksa ulang, cuma tadi dijelaskan kalau ginjal masih ada," kata dia.

Dia mengaku dokter yang mengatakan bahwa ginjalnya diduga hilang tidak ditemuinya hari ini. "Dia yang bilang, ginjal ibu kenapa tidak ada, saya cari dokter itu hari ini tapi saya enggak ketemu," sambung Sri.

Kendati begitu, Sri yang didampingi Ayah Mertuanya, Makarya, mengaku masih tidak bisa menerima perlakuan majikannya yang melakukan operasi terhadap dia di RS di Qatar tanpa persetujuan dan sepengetahuan dirinya. "Selang di tubuh sudah tiga tahun yang lalu. Tadi juga dia kasih tahu kondisi ginjal saya sebelah kanan rusak karena pengaruh selang yang sudah lama tidak dibuka," kata dia.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD NTB Agus Rushdi mengatakan, sejak awal dokter yang memeriksa Sri mengaku tidak pernah memberikan pernyataan bahwa ginjal Sri sudah tidak ada. "Dokter-dokter kami yang memeriksa pasien, semua tidak pernah menyatakan tidak ada ginjalnya, semua menyatakan ginjalnya ada," ujar dia.

Saat ini, kata dia, pasien akan menjalani proses pelepasan selang yang ada di dalam tubuhnya. Menurutnya, hal itu sudah sesuai prosedur. Koordinator Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran Indonesia (PBHBMI) NTB, Muhammad Saleh mengaku kecewa dengan sikap RSUD NTB.

Dia menilai, pernyataan Sri yang mengatakan ginjalnya lengkap diduga karena adanya tekanan. Ia menambahkan, permintaan maaf Sri juga dinilai kurang tepat karena kesalahan bukan berada pada perempuan tersebut, melainkan pihak RS yang memeriksanya. Terlebih, pernyataan ini diungkapkan tanpa ada pemeriksaan ulang pada hari ini. "Korban tidak hanya ngomong berdasarkan lisan si dokter, tapi ada dalam bentuk surat tertulis bahwa ginjal kanan tidak ada," ungkap Saleh.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan tertulis dokter di Kabupaten Lombok Utara bahwa ginjal sebelah kanan tidak nampak. Saleh melanjutkan, permintaan maaf dan juga permintaan pemberhentian kasus oleh Sri terjadi saat tim dari PBHBMI NTB belum tiba di RSUD NTB. "Saya menduga ini ada tekanan," katanya.

Ia juga kecewa dengan sikap RSUD NTB yang enggan mempertemukan PBHBMI NTB dengan dokter yang pertama kali memeriksa Sri dan memberi keterangan ginjalnya tidak ada. Untuk langkah selanjutnya, PBHBMI NTB berencana mendiskusikan dengan tim untuk membawa Sri diperiksa ke RS di Jakarta. Ia sudah menghubungi BP3TKI dan juga Kementerian Luar Negeri terkait koordinasi ini.

"Sri sudah mau, dan pihak keluarga juga sudah mempersilakan dibawa ke Jakarta untuk diperiksa ulang," ucap Saleh.

Mertua Sri, Makarya berharap yang terbaik bagi anaknya. Dia sebagai orang awam tak tahu menahu mengenai hal teknis yang menimpa menantunya. "Kemarin dibilang ginjalnya tidak ada, sekarang dibilang ada, tapi masih ada selang. Saya sih yang penting dia sehat saja," katanya menambahkan.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement