REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menilai pemerintah mendapat tantangan besar dalam mengembangkan enrgi baru terbarukan di Indonesia. Jonan menyebut masalah tarif menjadi permasalahan yang menjadi fokus pihaknya.
"Jadi tantangan bagi pemerintah saat ini adalah untuk memperkenalkan energi terbarukan yang terjangkau," katanya di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (28/2).
Pemerintah, lanjut Jonan telah membuat kebijakan agar setiap daerah fokus pada biaya energi yang terjangkau. Ia mencontohkan bagaimana Sumatra Selatan memiliki tenaga batu bara. Pihaknya mendorong Pemda setempat memiliki pembangkit listrik mulut tambang batu bara yang dapat menghasilkan 5 sen per klo watt hour (KWH). "Jadi jika tenaga angin atau mungkin geotermal ingin ke sana, mereka harus mampu bersaing," ujar Jonan.
Indonesia bekerja sama dengan Prancis dalam pengembangan EBT. Di depan perwakilan Prancis, Jonan menyebut orang yang berbisnis EBT di Tanah Air kurang dari 10 ribu. Namun penduduk Tanah Air sekitar 250 juta. "Untuk menyesuaikan dan bukan untuk menciptakan kecemburuan sosial jika tarif listrik yang terus naik dari waktu ke waktu. Jadi, kami mencoba untuk tetap mencapai harga yang terjangkau," tutur Jonan.
Pemerintah, kata Jonan fokus mengembangkan EBT, tapi saat ini tidak termasuk nuklir. "Saya tahu Prancis maju dalam tenaga nuklir, saya mengerti. Tapi saya secara politik saya tidak berpikir di Indonesia bisa seperti itu. Mungkin beberapa waktu di masa depan," tuturnya.