Selasa 28 Feb 2017 22:03 WIB

Ruang Kelas SMA di Muaragembong Ambruk

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bilal Ramadhan
Sekolah ambruk, ilustrasi
Sekolah ambruk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bangunan ruang kelas SMA N 1 Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, ambruk pada Selasa (28/2) sekitar pukul 08.15 WIB. Sebanyak 27 siswa dikabarkan mengalami luka ringan dan shock akibat kejadian ini.

Kepala Sekolah SMA N 1 Muaragembong, Adar Mahdar, mengatakan korban sebanyak 27 siswa dan telah diberikan pengobatan di puskesmas setempat. Satu siswa yang luka mendapatkan empat jahitan, sedangkan satu korban lain terkena pecahan genting namun tidak mengalami luka serius.

Sisanya hanya mengalami trauma dan sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Adar menuturkan, peristiwa robohnya bangunan ruang kelas itu terjadi pada saat jam belajar. Sebagian siswa berhasil lari keluar menyelamatkan diri, namun ada yang tertinggal.

"Satu korban dijahit, satu lagi terkena pecahan genting. Sudah mendapat perawatan dari puskesmas. Yang lainnya rata-rata shock, tapi sudah sehat semua. Karena sebelum roboh bunyi dulu, kreekk, anak-anak pada lari," kata Adar, Selasa (28/2).

Dikatakan Adar, bangunan ruang kelas yang roboh ini dibangun pada tahun 2014 silam. Anggaran pembangunannya mencapai Rp 300 juta dengan meubelair Rp 40 juta. Menurut Adar, hingga Selasa (28/2) pukul 01.00 WIB dini hari tadi dirinya masih berada di sekolah untuk mengecek persiapan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Hujan turun sangat deras.

Adar pun sempat ketar-ketir ada bangunan sekolah yang rusak mengingat cuaca buruk dan banyaknya perangkat komputer jelang UNBK. Namun, ia mengaku tidak ada tanda-tanda bangunan ruang kelas tersebut bakal roboh.

Mendadak pada pukul 08.15 WIB, bangunan ruang kelas yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar itu roboh. Adar pun mengaku kaget lantaran hujan deras sudah reda pada subuh tadi. Sebagian besar siswa, terutama perempuan, mengalami shock.

"Tidak ada tanda-tanda. Kami sampai jam 01.00 WIB malam, bisa dicek nggak ada satu pun dinding yang retak, bahkan plafon masih utuh. Cuma semalam ini memang hujan deras sekali," ujar Adar. Kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan, namun dipindah ke kelas lain yang tidak roboh.

Ia berharap pemerintah daerah dan penerintah provinsi segera memberikan perhatian serius untuk menangani dampak robohnya bangunan ruang kelas ini. Anak-anak harus tetap belajar, mengingat masa ujian nasional sudah semakin dekat. Apalagi, lanjut Adar, di Muaragembong tidak ada lagi sekolah menengah atas negeri.

"Saya harap perhatian ke Muaragembong lebih besar karena kami satu-satunya sekolah yang tidak punya lapangan upacara. Saya sudah ajukan proposal, saya sudah buat tembok, dindingnya saja kami pakai seng. Karena setiap tender gagal terus," ujar Adar.

Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin, mengaku belum mengetahui penyebab robohnya bangunan ruang kelas di sekolah tersebut. "Saya sendiri belum tahu kenapa dan karena apa. Yang jelas itu ambruk. Ini anggaran APBN 2014 ditambah swadaya masyarakat. Saya belum tahu kenapa bisa ambruk. Mungkin faktor cuaca bisa jadi kan. Karena memang belakangan ini hujannya luar biasa deras," ujar Neneng Hasanah Yasin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement