REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Galilah parit-parit besar dan nyalakan api di dalamnya! Siapa saja yang enggan keluar dari keyakinannya menyembah Allah, bakarlah hidup-hidup di dalam parit itu!” ujar sang raja geram. Ia merupakan raja pemimpin Bani Israil.
Tapi, kala itu Bani Israil bukan lagi para hamba Allah seperti di masa Nabi Musa. Mereka diliputi kekafiran dan kemaksiatan, serta melakukan perbuatan keji yang dimurkai Allah. Lupa sudah ajaran Musa dan peringatan Taurat.
Hingga kemudian, hiduplah seorang raja yang memimpin mereka, seorang raja yang kafir nan kejam. Raja itu menganggap dirinya sebagai Tuhan dan geram jika warganya menyembah selainnya.
Kisah bermula ketika sang raja mengutus seorang pemuda untuk mempelajari sihir. Kala itu, tukang sihir kerajaan telah berusia sepuh. Ialah yang meminta raja merekrut sang pemuda untuk menggantikan dirinya bertugas menjadi "penasihat" kerajaan. "Sungguh, saya telah tua. Maka, carilah seorang pemuda yang akan saya ajarkan sihir," pinta si tukang sihir pada raja. Raja pun menyanggupi dan segera menugaskan pemuda belia untuk belajar sihir pada tukang sihir tersebut.
Maka, berangkatlah si pemuda menuju kediaman tukang sihir untuk segera mendapatkan ilmu-ilmu hitam darinya. Tapi, ditengah jalan ia justru bertemu seorang rahib Yahudi yang beriman dan bertakwa pada Allah. Sang rahib tengah memberikan pelajaran agama dalam sebuah perkumpulan kecil.
Di tengah kacau balaunya agama Bani Israil, masih hidup rahib yang terus mengagungkan asma Allah. Si pemuda pun tertarik padanya. Bukan melanjutkan perjalanan, ia justru memilih duduk dalam majelis si rahib.
Setelah pelajaran sang rahib usai, barulah si pemuda melanjutkan perjalanannya. Begitu tiba di tempat si tukang sihir, tentu si pemuda mendapat murka penyihir. Apalagi, setelah mengatakan hal yang membuatnya terlambat, yakni majelis sang rahib.
Mendengarnya, si tukang sihir langsung memukul si pemuda. Sekembalinya dari rumah penyihir, pemuda itu pun mengadu hal yang menimpa dirinya pada sang rahib. Lalu sang rahib pun menasihatinya untuk tak lagi menemui tukang sihir.