Rabu 08 Mar 2017 07:00 WIB

Korban Bencana Kelaparan Somalia: Kami Dahulukan Anak-Anak Makan

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nur Aini
Warga somalia dilanda bencana kelaparan hebat di tengah meningkatnya ketegangan antara pasukan pemerintah dengan milisi.
Foto: AP
Warga somalia dilanda bencana kelaparan hebat di tengah meningkatnya ketegangan antara pasukan pemerintah dengan milisi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU – Fatuma Abdille, seorang warga Somalia, harus menghadapi pilihan tragis hanya untuk memberi makan kepada anak-anaknya yang kelaparan. Dia mengatakan, keluarganya terpaksa memberi makanan kepada yang dirasakan benar-benar mendesak di antara mereka.

“Kalau ada makanan meskipun sangat sedikit, kami terpaksa memberikannya kepada anak yang benar-benar paling memerlukan, biasanya yang paling muda di antara anak-anak kami,” ujar ibu tujuh anak itu kepada Reuters di Mogadishu, ibu kota Somalia, Selasa (7/3).

Fatuma dan anak-anaknya tiba di Mogadishu dua pekan lalu. Mereka meninggalkan desa lantaran tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidup. Ternak yang mereka miliki telah mati seluruhnya karena tak ada rumput.

Akibat bencana kekeringan, sumur-sumur warga sudah lama kering. Warga bahkan terpaksa minum dari genangan air keruh yang mengandung bakteri. Hasil panen di Somalia pun merosot drastis lebih dari 40 persen.

Banyak keluarga di Somalia menghadapi pilihan yang tragis akibat kekeringan yang melanda negara itu. Reuters melaporkan, Selasa (7/3), bencana tersebut telah mengikis hasil pertanian dan menyebabkan kematian ternak peliharaan warga setempat. Reuters mencatat, bencana kekeringan berdampak pada 8.000 jiwa. Sebanyak 180 orang dilaporkan tewas akibat malnutrisi.

Senasib dengan Fatuma, Mohamed Ali juga datang dari desanya ke Kota Baidoa. Ia memboyong tujuh anaknya yang masih kecil. Dengan lesu, dia mengatakan keluarganya dalam kondisi sangat ringkih dan kelaparan.

“Kami mendahulukan anak-anak untuk makan. Baru kemudian kami. Tetapi, seringkali tidak tersisa apa-apa karena makanan selalu kurang dari cukup,” kata Ali kepada Reuters, Selasa (7/3).

PBB memperingatkan, Somalia berpotensi mengulang wabah kelaparan pada 2011 silam yang telah menewaskan sekitar 260 ribu orang. Komunitas internasional telah mengajukan sekitar 825 juta dolar AS untuk membantu 6,2 juta orang Somalia yang sedang menderita. Jumlah tersebut mencapai setengah dari total populasi Somalia.

Somalia merupakan salah satu dari enam negara mayoritas Muslim yang terkena dampak kebijakan imigrasi Presiden AS, Donald Trump. Di sisi lain, Amerika Serikat berencana untuk memotong anggaran terkait dana bantuan kemanusiaan dan diplomasi.

Langkah AS ini dapat memengaruhi stabilitas di Somalia yang kini sedang dilanda perang saudara. Pemerintah Somalia saat ini terbentuk dengan dukungan PBB. Lebih dari 25 tahun lamanya Somalia tersedot ke dalam kancah peperangan antara otoritas setempat dan kelompok ekstremis. Tensi konflik yang cenderung meningkat menyebabkan arus bantuan kemanusiaan sering terhambat mengakses penduduk sipil Somalia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement