REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bapak Bangsa Pakistan, Muhammad Ali Jinnah berasal dari keluarga saudagar. Ia menghabiskan masa kecilnya di Bombay. Ia sempat bersekolah di sekolah dasar Gokal Das Tej, Katedral, dan sekolah John Connon saat berusia 10 tahun.
Di Karachi, ia melanjutkan sekolah di Madrasah al-Islam dan Christian Missionary Society High School. Pada usia 16 tahun, atas nasihat Frederick Leigh Croft (berkebangsaan Inggris) Jinnah melanjutkan pendidikannya di London. Frederick Leigh Croft adalah rekan bisnis ayahnya.
Ia menawarkan Jinnah magang di perusahaannya di London, yakni perusahaan Graham's Shipping and Trading Company. Tapi, sesampai di London, Jinnah tidak jadi magang di perusahaan tersebut dan lebih memilih sekolah hukum.
Ia memilih Lincoln's sebagai tempat pendidikannya. Di lembaga pendidikan ini para siswa dipersiapkan meraih keahlian di bidang hukum dan pengacara. Jinnah menyelesaikan pendidikannya di London selama dua tahun.
Selesai bersekolah, Jinnah bekerja sebagai pengacara di London selama dua tahun. Saat berada di London inilah Jinnah dipengaruhi oleh liberalisme Inggris abad ke-19, seperti banyak pemimpin kemerdekaan India lainnya.
Ia memperoleh pendidikan politik tentang demokratis dan politik progresif. Dunia Barat tidak hanya menginsipari Jinnah dalam kehidupan politik, tetapi juga memengaruhi gaya pribadinya, khususnya tentang cara berpakaian. Ia meninggalkan pakaian India dan mengenakan pakaian khas Barat.
Jinnah kembali ke tanah airnya dan pada 1897 saat berusia 21 tahun. Ia membuka praktik sebagai pengacara di Bombay. Di sini, ia sempat berkenalan dengan seorang tokoh jaksa agung Bombay, bernama Macpherson. Macpherson sangat terkesan kepada Ali Jinnah. Ia memberi kesempatan berharga kepada Jinnah untuk memanfaatkan perpustakaan pribadinya.
Jinnah meninggal setelah satu tahun Pakistan merdeka, tepatnya pada 11 September 1948 pada usia 71. Ia meninggal di rumahnya di Karachi. Sebagai pendiri Pakistan, hari lahirnya dijadikan sebagai hari libur nasional.