Kamis 16 Mar 2017 15:24 WIB

Saat Kiai Hasyim Menyinggung Dunia Fana di Tulisan Terakhirnya di Republika

Red: Teguh Firmansyah
Tulisan refleksi Hasyim Muzadi.
Foto:
Ratusan santri dan pelayat berebut menggotong peti jenazah KH Hasyim Muzadi di Pondok Pesantren Al Hikam, Cenggerayam, Malang, Jawa Timur, Kamis (16/3).

Berbuat apa? Berbuat sesuatu yang dapat menyadarkan kita betapa kecil kita di hadapan kebesaran Allah SWT. Betapa kurang kita di hadapan kesempurnaan Allah. Betapa bodoh kita di hadapan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Betapa hina kita di hadapan kemuliaan Allah. Betapa miskin kita di hadapan kekayaan Allah. Betapa lemah kita di hadapan kekuatan Allah. Betapa bukan siapa-siapa diri ini tanpa kehadiran Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana caranya agar kita dapat meraih cinta dan kasih sayang Allah? Ada baiknya peringatan Ibnu 'Atho' di awal refleksi ini kita jadikan panduan. Jauh sebelum itu, Khalifah Umar bin Khattab juga telah mengingatkan kita terkait waktu. Menurut beliau, Waktu ibarat pedang yang tajam. Kalau kau tak kuasa memotong waktu, maka waktulah yang akan memotongmu. Sepuluh tahun menjadi khalifah adalah waktu-waktu yang penuh kegemilangan bagi umat Islam.

Bagi kita, manusia yang kualifikasinya berada jauh di bawah Sayyidina Umar, ajakan Ibnu 'Atho' penting jadi renungan. Merenungi bahwa manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelemahan. Diberi banyak tak pernah merasa cukup. Diberi sedikit tak pernah belajar bersyukur. Cara yang tepat untuk menggedor kesadaran terdalam adalah dengan mengingatkan bahwa manusia bukan siapa-siapa tanpa pertolongan orang lain. Hidupnya selalu bergantung pada hidup orang lain.

Maka, duduk dan merenunglah! Rukuk dan bersujudlah! Sadarilah bahwa agar hidup kita bisa hidup, kita butuh tiupan sebagian ruh-Nya ke dalam diri kita. Sejak itu, kekekurangan dan kelemahan kita semakin nyata. Dari kandungan ibunda, kita butuh plasenta. Begitu dilahirkan, kita tergolek lemah tak berdaya. Hanya karena kasih sayang Allahlah orang-orang di sekitar kita menjadi lembut hatinya dan mau berbagi kasih sayang dengan kita. Demikian seterusnya.

Daftar kelemahan dan kekurangan akan makin lengkap sesuai bertambahnya umur. Daftar inilah yang akan  menyelamatkan kita. Daftar kekurangan dan kelemahan menjadi alat paling menakjubkan agar kita selalu ingat betapa kita sangat butuh pertolongan Allah. Orang-orang yang merasa kurang dan lemah sajalah yang menyadari pentingnya makna sebuah pertolongan. Mari terus sadar diri bahwa kita memang makhluk yang lemah dan hina. Wallahu a'lam bissawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement