REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan dialog bersama Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di gedung MUI, Jakarta Pusat, Selasa (21/3). Dalam penjelasannya, dia menyebut, saat ini, kekuatan ekonomi tengah dipegang oleh tiga negara.
"Tiga kekuatan ekonomi yang sedang menguasai dunia yaitu Cina, Korea Selatan, dan Jepang," ujar Tito saat menjadi pembicara dalam dialog tersebut, Selasa (21/3).
Menurut Tito, Indonesia harus realistis melihat hal itu. Namun, umat Islam, saat ini, masih banyak yang cemas terhadap kondisi tersebut.
Karenanya, kata Tito, mereka takut kerja sama ekonomi Indonesia dengan Cina dapat berakhir dengan buruk. Padahal, menurutnya, negara-negara lain berlomba-lomba untuk kerja sama dengan ketiga negara itu.
Tito mengatakan, selama hampir 20 tahun belakangan ini, ekonomi Cina memang terus mengalami perkembangan pesat. Bahkan, kini Cina telah berhasil mengalahkan kekuatan ekonomi Amerika Serikat.
Karena itu, menurut Tito, ketakutan mengenai eksodus tenaga kerja Cina ke Indonesia juga tak beralasan. Pasalnya, berdasarkan informasi yang didapatkannya, jumlah tenaga kerja asal Cina ke Indonesia hanya berjumlah 21 ribu orang.
Tito menjelaskan, jumlah itu, muncul lantaran beberapa alasan. Salah satunya yaitu lantaran tenaga kerja Cina lebih beretos kerja ketimbang tenaga kerja Indonesia, sehingga pengusaha di Indonesia banyak memilih dari Cina.
Kendati demikian, Tito menjamin bahwa jumlah tersebut tidak akan mengganggu perubahan sistem politik Indonesia. Ia pun berharap isu etnis yang belakangan mincul itu tidak mengubah kondisi dan kerukunan rakyat Indonesia. "Jumlah 21 ribu itu tak akan mengganggu sistem politik kita," kata Mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.
Sementara, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Samsuddin mengatakan, dialog tersebut merupakan dialog dari hati ke hati yang tujuannya untuk menyelsaikan beberapa masalah di Indonesia. "Tadi kan sudah diikuti, jadi ini rapat pleno, yang dimulai bulan Januari mengambil bentuk dialog dengan pemerintah, DPR, bila perlu dengan tokoh-tokoh agama lain. Tujuannya dialog untuk menyelesaikan masalah di antara kita," kata Din.