REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—Para sopir angkutan kota (angkot) di Kota Sukabumi masih menolak rencana perubahan trayek. Sebab, rencana perubahan trayek angkot tersebut dinilai akan menimbulkan permasalahan baru.
Informasi yang diperoleh, ada empat trayek yang digabungkan yakni angkot 14 trayek Bhayangkara yang disatukan dengan angkot 20 trayek Balandongan. Selanjutnya, angkot 15 trayek Bhayangkara dengan angkot 03 B trayek Lembursitu.
"Penolakan trayek ini berasal dari 16 jalur angkot di Sukabumi,’’ ujar Humas Organda Kota Sukabumi Dedi Sudarwandi kepada wartawan di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi Rabu (22/3).
Suara penolakan ini berasal dari para perwakilan sopir angkot dan kelompok kerja unit (KKU) masing-masing trayek kepada Organda Sukabumi. Dedi menerangkan, Dishub merubah jalur trayek informasinya untuk mempermudah warga untuk mengakses terminal baru di Jalan Lingkar Selatan Sukabumi.
Namun lanjut dia rencana tersebut seharusnya melibatkan perwakilan sopir angkot dan organda.Selama ini ungkap Dedi, para sopir angkot sudah mengalami dampak negatif dari pemindahan terminal dari Jalan Jenderal Sudirman ke Jalang Lingkar Selatan. "Jumlah penumpang menurun hingga 30 persen dibandingkan sebelumnya,’’ kata dia.
Akibatnya banyak sopir angkot yang penghasilannya menurun dan sebagian diantaranya tidak mampu membayar kontrakan rumah. Jumlah angkot di Kota Sukabumi mencapai sebanyak 2.000 unit dengan sopir mencapai sekitar 6.000 orang. Menurut Dedi, upaya perubahan jalur ini harus dilakukan dengan pikiran lebih jernih dan menguntungkan sopir maupun pemilik angkot
Kepala Dishub Kota Sukabumi Abdul Rachman mengatakan, usulan perubahan trayek ini memang masih mendapatkan penolakan dari para sopir angkot. ‘’ Masukan dari sopir angkot akan menjadi bahan pertimbangan bagi emkot dalam menentukan trayek baru,’’ kata dia.