REPUBLIKA.CO.ID, Slamet Rahardjo dan Sapardi Djoko Damono sudah lama mengenal satu sama lain, sampai mereka punya panggilan khusus.
“Saya senang karena dia memanggil saya dengan panggilan khusus: friend. Saya pun memanggil dia ‘friend’. Itu suatu kedekatan yang tidak bisa dibayangkan,” kata Slamet seusai perayaan 77 tahun Sapardi Djoko Damono di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (22/3) malam.
Beberapa tahun silam, Sapardi pernah membuat esai panjang mengenai hubungan teater, film dan televisi dengan kegiatan Slamet di dalamnya selama lebih dari 40 tahun.
“Jadi Slamet Rahardjo esainya dibuat oleh Sapardi Djoko Damono, aku bangga luar biasa,” kata kakak kandung Eros Djarot itu.
Meski ia juga seorang pekerja di bidang seni, puisi bukanlah bidang yang dikuasainya sehingga ia kagum pada sosok seperti Sapardi.
“Saya enggak bisa bikin puisi, otaknya macet kalau disuruh bikin,” seloroh Slamet yang mengenal Sapardi karena dulu sering datang ke kampus tempatnya Sapardi mengajar.
Puisi Sapardi yang paling ia suka adalah “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari” yang dimaknai Slamet sebagai peran alam bagi umat manusia. Menurut Slamet, puisi itu punya makna alam selalu memberi, tapi tidak pernah meminta pada manusia. Sementara manusia yang terus diberi, tidak bisa membalas kebaikan alam, justru mengotorinya.
Hal itu, imbuh dia, direkam Sapardi dengan baik dalam puisinya. Seperti puisinya yang sederhana namun memukau, itulah kesan Sapardi di mata Slamet Rahardjo. “Orangnya hebat, tapi biasa-biasa saja. Seperti puisinya, sederhana tapi mantap.”