REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merencanakan beberapa langkah untuk mengantisipasi kemacetan di jalur tol Brebes Timur Exit (Brexit) seperti pada masa mudik Lebaran 2016.
"Untuk Tol Brexit, saya sudah matur (bilang) kepada Pak Kapolri untuk kerja bersama-sama. Esensinya itu dulu," katanya usai meninjau Stasiun Tawang Semarang, Kamis (23/3), untuk mengecek kesiapan menghadapi masa angkutan Lebaran 2017.
Budi datang di Stasiun Tawang, Semarang, bersama Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen (Pol) Condro Kirono setelah bersama-sama meninjau Galangan Kapal Bumirejo di daerah Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Setelah Polri, kata dia, baru berkoordinasi dengan stakeholder, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menyelesaikan bottleneck atau penyumbatan arus yang terjadi di berbagai titik di jalur itu.
Menurut dia, Menteri PUPR menjanjikan akan menyelesaikan dalam waktu dekat, termasuk persoalan perlintasan sebidang, sementara kepolisian juga akan mengupayakan pengurangan arus lalu lintas di ruas jalur tol tersebut. "Kemudian, bicara manajemen lalu lintas yang akan kami terapkan. Sebenarnya, simpel. Pertama, memberikan load pada jalan tertentu dengan kapasitasnya tersendiri. Load harus direncanakan sesuai kapasitas," katanya.
Hal yang tidak kalah penting, kata dia, masyarakat tidak boleh diberikan ekspektasi berlebihan dengan kehadiran jalur tol Brexit, melainkan dijelaskan fakta apa yang akan dihadapi pemudik tentang fasilitas dan kondisi di lapangan. Budi mencontohkan kesalahan yang dilakukan tahun lalu karena memberikan ekspektasi berlebihan terhadap jalur tol Brexit yang membuat pemudik tumpah ruah memenuhi jalur tersebut sehingga justru menyebabkan kemacetan panjang. "Kita harus katakan bahwasanya kalau mudik, tol Brexit bukanlah satu-satunya. Jadi, masih ada angkutan kereta api (KA), ada jalur lintas utara, jalur lintas selatan. Bahkan, akan ada kapal sampai ke Surabaya," katanya.
Secara teknis, Budi mengaku diberi penjelasan Kapolda Jateng Irjen (Pol) Condro Kirono yang sama-sama menaiki helikopter ketika keduanya melakukan tinjauan di Juwana, Pati, mengenai rekayasa lalu lintas yang bakal diterapkan. "Saya diajarin Pak Condro Kirono. Pokoknya, kalau ada suatu lalu lintas sudah melampaui dua kilometer, pintu sebelumnya akan ditutup sehingga arus kendaraan mengalir ke yang lain. Itu dilakukan berurutan sampai Jakarta," katanya. Selain itu, kata dia, sebenarnya masih ada usulan, yakni mengenai pembelakuan nomor polisi ganjil dan genap sebagai antisipasi macet, tetapi masih akan dilakukan pengamatan, kajian, dan sosialisasi sebelum diputuskan.