REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengusulkan pemotongan dana bantuan luar negeri AS di tengah krisis kemanusiaan terburuk yang sedang terjadi di dunia. Trump mengancam akan menarik AS dari peran vitalnya sebagai negara donor kemanusiaan terbesar dunia.
Jika pemotongan dana bantuan disetujui oleh Kongres, AS tidak akan dapat memberikan kontribusi besar terhadap krisis kelaparan di Afrika saat ini. Krisis di sana akan menimbulkan efek jangka panjang, misalnya, adanya gelombang imigran baru menuju Eropa dan semakin banyaknya dukungan terhadap aksi-aksi teror kelompok Islam radikal.
Direktur Anggaran AS, Mick Mulvaney mengatakan rencana anggaran yang diusulkan Trump akan memotong dana program bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan di negara lain. Anggaran akan disisihkan lebih sedikit untuk program luar negeri dan diberikan lebih banyak untuk program dalam negeri.
AS secara tradisional telah menjadi donor terbesar untuk PBB dan telah memberikan banyak bantuan asing ke Afrika daripada benua lain. Pada 2016, AS memberi lebih dari dua miliar dolar AS untuk Program Pangan Dunia PBB atau hampir seperempat dari total anggaran.
“Saya belum pernah melihat ancaman seperti ini. Apa yang dinyatakan telah menjadi konsensus bipartisan bahwa bantuan makanan dan program bantuan kemanusiaan secara moral penting bagi keamanan kami,” ujar Steven Feldstein, wakil mantan asisten menteri luar negeri dalam pemerintahan Obama.
Jika pemotongan bantuan luar negeri Trump disetujui, dana beban kemanusiaan untuk krisis akan bergeser ke donor besar lainnya, seperti Inggris.
Krisis kelaparan akibat konflik, semakin meningkat di Nigeria, Somalia, dan Sudan Selatan. Hampir 16 juta orang di tiga negara itu beresiko meninggal dunia dalam beberapa bulan.
Krisis kelaparan telah dinyatakan sebagai bencana darurat di dua kabupaten di Sudan Selatan. Sebanyak satu juta orang ada di ambang kematian akibat kekurangan makanan dan 2,9 juta lainnya menghadapi krisis pangan.
Sementara menurut PBB, di timur laut Nigeria, gizi buruk tersebar luas di daerah-daerah yang terkena dampak konflik yang disebabkan oleh kelompok ekstrimis Boko Haram.
“Kita sedang menghadapi krisis kemanusiaan terbesar sejak terciptanya PBB,” ujar Kepala Kemanusiaan PBB, Stephen O'Brien, kepada Dewan Keamanan PBB setelah melakukan kunjungan ke Somalia dan Sudan Selatan.
Sedikitnya 4,4 miliar dolar AS dibutuhkan hingga akhir Maret untuk mencegah bencana kelaparan berlanjut di Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, bahkan mengatakan bantuan dibutuhkan segera pada akhir Februari.