REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan Sosial Indonesia menggelar diskusi bertema 'menurunkan pravalensi perokok demi pembangunan bangsa yang berkualitas' di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (30/3). Diskusi tersebut menghadirkan beberapa pembicara, salah satunya pendeta dari Gereja Baptis Indonesia, Victor Rembeth.
Victor mengatakan, sama halnya dengan umat Islam, umat Kristiani dalam hal rokok juga tidak satu kata untuk menolak rokok. Namun, kata dia, terlepas dari perbedaan tersebut, yang perlu menjadi perhatian adalah rokok tersebut dapat merusak secara sosial. Pasalnya, yang menjadi sasaran empuk pabrik rokok saat ini adalah para remaja.
"Mungkin persoalannya bukan di sisi individualnya atau personalnya saja, tapi ini bicara tentang pengrusakan sosialnya itu yang mungkin perlu disadarkan, bahwa ada generasi muda yang akan hilang," ujar Victor kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara.
Ia menuturkan, ada kompleksitas dari dampak tembakau tersebut, sehingga harus diyakini bahwa kegiatan merokok dapat menurunkan kualitas seorang manusia. Pabrik rokok kini telah menyasar siswa-siswa sekolah dengan banyak memasang iklan rokok di sekolah. Menurutnya, pabrik rokok memilih remaja sebagai konsumen utama lantaran waktu merokok remaja akan lebih lama.
"Saya pikir itu adalah bagian yang sangat tidak bijaksana dilakukan oleh pabrik rokok. Seperti di tulisan saya, saya katakan mengerikan sekali justru yang disasar pabrik rokok adalah remaja," ucapnya.
Karena itu, kata dia, saat ini perlu sebuah tagline agar remaja tidak menjadi korban dan menolak menjadi korban. Ia mencontohkan, seperti halnya gerakan sekelompok remaja yang akhir-akhirnya banyak menurunkan iklan rokok yang berada di sekitar sekolah.
"Saya pikir itu gerakan yang bagus. Karena secara langsung maupun tidak langsung yang membuat siswa tertarik adalah iklan itu," katanya.
Ia menambahkan, untuk menekan jumlah perokok remaja, pemuka agama dan juga guru sekolah perlu untuk selalu mengajak remaja di luar struktural dengan cara membuat komunitas remaja anti-rokok. "Pemuka agama juga harus berbicara apa adanya kepada remaja untuk tidak menjadi pecandu rokok, begitu juga dengan guru," jelasnya.