REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan longsor susulan masih berpotensi terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Desa tersebut sebelumnya telah diterjang longsor pada Sabtu (1/4) yang menyebabkan 28 orang hilang
Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yuliarto, menjelaskan apabila sebuah tebing mengalami longsor, maka tebing lainnya ikut mengalami ketidakseimbangan. "Kita khawatirkan terjadi longsor susulan," ucapnya, saat dihubungi Republika, Senin (3/4).
Oleh karenanya, kata Yuliarto, realokasi warga mutlak dilakukan sebab daerah yang sudah longsor menjadi sangat rentan.
Dalam kondisi ini, menurutnya, tak ada yang dapat dilakukan selain menunggu terjadi keseimbangan baru. Namun begitu, Yuliarto belum dapat memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai tebing kembali kuat. Sebab, hal itu amat tergantung pada jenis tanah dan tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi.
Apabila keseimbangan baru telah terbentuk, sambung Yuliarto, barulah upaya konservasi tanah dapat dilakukan. Adapun bentuk konservasi yang dapat dilakukan yakni dengan membangun teras guludan.
"Karena tebing ini kemiringannya di atas 50 persen, idealnya minimal dibangun teras guludan," ujarnya.
Yuliarto menjelaskan, teras guludan harus dibangun sejajar dengan tingkat kemiringan permukaan tanah dan harus dilengkapi dengan saluran pembuangan air. Ia berfungsi mengurangi masa air di dalam pori-pori tanah sehingga meminimalisir potensi longsor.