REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia akan melanjutkan operasi militernya untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dukungan akan tetap diberikan bahkan setelah pasukan Suriah dituduh menggunakan senjata kimia di Provinsi Idlib, Selasa (4/4).
Dilansir dari Alarabiya, Peskov menambahkan, Rusia telah terlibat dalam negosiasi. Rusia akan berdebat di sidang darurat Dewan Keamanan PBB dan mengatakan bahwa serangan kimia itu dilakukan oleh oposisi.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow mengatakan, rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tidak dapat diterima. Menurutnya, resolusi diajukan berdasarkan informasi yang salah dan hal itu akan menambah ketidakstabilan ke wilayah Suriah.
Sebuah pernyataan dari Departemen Pertahanan Rusia sebelumnya mengatakan, gas beracun telah menewaskan sedikitnya 72 orang, yang 20 di antaranya adalah anak-anak. Gas tersebut dilaporkan bocor dari gudang senjata kimia milik oposisi setelah pasukan Suriah melakukan serangan udara di atasnya.
Sementara Kementerian Luar Negeri Turki mengingatkan Rusia dan Iran mengenai tanggung jawab mereka dalam mencegah pelanggaran terhadap gencatan senjata di Suriah setelah terjadi serangan kimia di Idlib.