REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pencoblosan putaran kedua Pilgub DKI pada 19 April mendatang, Lembaga survei Media Survei Nasional (Median) merilis survei terbaru. Survei bertema 'Paradoks Perilaku Pemilih Pilgub DKI 2017: Adu Kuat Pemilih Rasional Vs Pemilih Emosional' tersebut, menemukan fenomena paradoks antara elektabilitas kedua pasangan calon dan perilaku pemilih warga Jakarta.
Menurut Direktur Eksekutif Median Rico Marbun paradoks muncul lantaran ada dua fenomena sangat kontras. Di satu sisi lebih banyak pemilih yang mengakui kompetensi dan hasil kinerja pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat selama memimpin DKI Jakarta, tetapi di sisi lain pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno masih unggul secara elektabilitas.
Menurut Rico, besarnya penilaian positif terhadap kompetensi pasangan Ahok-Djarot itu, membuat tingkat kepuasan warga terhadap kinerja pejawat atau incumbent masih cukup tinggi, yaitu mencapai 65,6 persen. Namun, Rico menambahkan, tingginya kompetensi Ahok-Djarot dibandingkan Anies-Sandi di mata pemilih, tidak lantas berbanding lurus dengan tingkat elektabilitasnya.
“Ketika kami tanyakan kepada responden, pasangan mana yang akan Anda pilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nanti? Ternyata 49,8 persen responden memilih Anies-Sandi, sementara yang akan memilih Ahok-Djarot hanya 43,5 persen pemilih, sisanya sekitar 6,7 persen belum menentukan pilihan,” katanya kepada media, Senin (10/4).
Rico menerangkan, terdapat semacam paradoks pada pemilih DKI Jakarta, karena ketika ditanyakan, siapakah kandidat yang paling mampu membenahi Jakarta, terlepas dari pilihan nanti dalam Pilkada, ternyata sebagian besar menyatakan pasangan Ahok-Djarot lebih mampu. “Berdasarkan survei, ada 44,9 persen responden menilai bahwa Ahok-Djarot dianggap paling mampu membenahi Jakarta, sementara yang menila Anies-Sandi paling mampu hanya 40,9 persen, dan sekitar 14,6 persen menjawab tidak tahu,” katanya.
Selain itu, menurut dia, ketika ditanyakan kepada responden terkait program kerja kandidat mana yang terbaik, terlepas dari pilihan pada pilkada nanti, ternyata 46,1 persen pemilih menilai bahwa program kerja Ahok-Djarot paling bagus. Sementara pemilih yang menilai program kerja Anies-Sandi paling bagus hanya 39,3 persen, sisanya 14,6 persen menjawab tidak tahu.
“Bahkan ketika ditanyakan terkait siapakah kandidat yang paling berpengalaman di antara keduanya, sebanyak 65,9 persen pemilih menilai bahwa Ahok-Djarot paling berpengalaman. Sementara yang menilai Anies-Sandi hanya 23,2 persen, dan sisanya 10,8 persen menjawab tidak tahu,” katanya.
Survei dilakukan pada 1-6 April 2017, terhadap 1.200 responden warga DKI Jakarta yang memiliki hak pilih, dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas kotamadya dan gender.