REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Kontras Haris Azhar menyatakan teror air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sudah direncanakan. Dia mengatakan, perencanaan sudah dilakukukan sejak beberapa hari sebelum penyiraman dilakukan dua orang asing Selasa (11/4) subuh tadi.
Haris mengatakan, tetangga di sekitar rumah Novel memang telah menyadari adanya orang-orang tak dikenal yang berseliweran di kawasan kompleks perumahan Novel. Adanya sejumlah orang tak dikenal di kompleks tersebut, memang mencurigakan.
Sebab, biasanya, kawasan kompleks perumahan tersebut tergolong sepi. "Kompleks kediaman Novel memang sunyi dan senyap. Tetangga sudah mendengar ada orang-orang mencurigakan di sekitar rumah Novel. Orang-orang itu berada di kawasan kompleks Novel sejak berhari-hari," ujar dia saat di kantor KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (11/4).
Kemudian, lanjut Haris, Novel diikuti bahkan sampai pada aktifitas personalnya, termasuk ibadah. Dia menjelaskan, pemantauan terhadap Novel ini dilakukan di berbagai titik dan dengan berlapis-lapis. Artinya, menurut dia, perencanaan hingga penyiraman air raksa itu terjadi, dilakukan secara terorganisir.
"Pengamatan terhadap Novel ini berlapis-lapis, berkorelasi antara satu tempat dengan temapt lain. Ada beberapa orang yang mengikuti Novel. Kalau Novel shalat, orang itu ikut salat. Jadi bukan sekadar tahu bahkan mendekati," lanjut dia.
Haris memaparkan, usai shalat Subuh itu, Novel langsung keluar dari masjid di saat jamaah yang lain masih berdzikir di dalam. Ketika itu, Novel seorang diri berjalan menuju rumahnya. Situasi saat itu masih gelap. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan para pelaku untuk langsung menyiram mata dan wajah Novel dengan air raksa.
"Hanya beberapa detik, itu langsung dimanfaatkan. Artinya, ada informasi yang cukup dan valid untuk memanfaatkan waktu sempit dengan menyerang Novel," tutur dia.
(Baca Jugha: JK: Wudhu Novel Masih Ada, Dia Diberkati Itu)